Kesimpulan sementara ini, Situs Kapal Zabag (kuno) ini, merupakan tempat pembuatan atau perbaikan kapal. Selama ini belum pernah kami temukan di Indonesia galangan kapal kuno, kecuali di Muara Sabak ini.
Menurut Ali Akbar, observasi situs kapal kuno di Muarasabak tersebut sudah dimulai sejak April 2018. Kemudian eskavasi situs kapal kuno itu mulai dilakukan 7 Agustus 2018 silam. Observasi dan eskavasi situs kapal kuno tersebut melibatkan 10 orang arkeolog, termasuk seorang arkeolog asal Italia.
Proses ekskavasi kapal kuno tersebut, sebagian konstruksi atau bentuk kapal kuno tersebut sudah tampak, di antaranya papan kapal, pasak kayu, tali ijuk, gading dan gerabah tanah.
Di sisi utara situs kapal kuno itu ditemukan tujuh papan. Papan-papan tersebut disambung dengan pasak kayu dan diikat dengan tali ijuk berwarna hitam. Dijelaskan, teknik pembuatan kapal dengan pasak kayu dan tali ijuk ini dikenal sebagai teknik pembuatan kapal di Asia Tenggara.
Perkiraan berasal dari Abad III sampai XIV Masehi
Bangsa-bangsa Asia Tenggara dan Nusantara sudah membuat kapal dengan teknik ini sejak abad III. Misalnya temuan kapal kuno di Sumbawa NTT, Palembang, Rembang, dan di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat dalam beberapa tahun silam.
Di daerah Ponti, Malaysia ditemukan juga pembuatan kapal kuno menggunakan teknik seperti ini. Teknik pembuatan kapal seperti kapal kuno di Muara Sabak ini juga pernah ditemukan di Filipina pada abad 13-14 Masehi.
Ali Akbar lebih lanjut mengatakan, situs kapal kuno di Muara Sabak tersebut sudah ditemukan dan dinyatakan menjadi peninggalan arkeologi penting sejak tahun 1997 silam. Namun karena kondisi situs kapal kuno tersebut cukup rapuh, maka situs tersebut sempat ditutup.