Sebagian besarnya adalah karya-karya yang berhasil selamat dan tercecer di Sungai Tigris dari amukan pasukan Holagu Khan, saat membumihanguskan bumi Baghdad pada 1258 M.
Perpustakaan ini juga sempat mengalami beberapa kali kerusakan, ketika Baghdad jatuh di tangan Dinasti Safawiyah pada 1509 dan saat konflik berkecamuk antara Safawiyah dengan Ottoman pada 1623 M.
Beruntung, pada masa modern, Abdurrahman an-Naqib al-Kailani, presiden Irak pertama, segera merenovasi dan menyelamatkan koleksi-koleksi perpustakaan tersebut.
Ia bahkan rela merogoh koceknya sendiri demi membiayai penyelamatan koleksi yang ada di perpustakaan itu; melibatkan penulis naskah dari berbagai negara, Suriah, Mesir, Turki, dan lainnya, serta membeli kertas-kertas langsung dari India dan Cina.
Ketika Agresi AS atas Irak pada 2003, banyak manuskrip dan kitab langka tak luput dari aksi pencurian dan kebakaran, namun pihak Perpustakaan al-Qadiriyah beruntung telah mengantisipasi dengan menyimpan koleksi mereka di ruang penyimpanan yang aman. (rol)