Dari Mimpi Seorang Anak di Tahun 1960, Apakah Taliban Kini yang Akan Realisasikan?

‘Oleh sebab itu, aku bawa Usamah kepada seseorang alim dan aku ceritakan semua rangkaian kejadian itu. Dia menatap kami penuh heran dan bertanya, ‘Apakah anakmu ini anak yang sama yang mengalami mimpi itu?’ Aku jawab, ‘Ya.’ Dia memandangi Usamah beberapa saat. Rasa kecemasanku bertambah. Dia menenangkanku dan berkata, ‘Aku akan bertanya beberapa hal kepadamu. Aku yakin kamu akan jujur menjawabnya.’.’

Dia bertanya kepada Usamah, ‘Nak, apa kamu masih ingat dengan bendera yang diberikan oleh penunggang kuda kepadamu? Usamah menjawab, ‘Ya, saya masih ingat.’

Dia bertanya lagi kepada Usamah, ‘Bisa kamu gambarkan seperti apa bendera itu?’

Usamah menjawab, ‘Bendera itu sama seperti bendera Arab Saudi, hanya saja warnanya tidak hijau, tapi hitam. Dan, ada suatu tulisan berwarna putih di bendera itu.’

Lalu, dia menyampaikan pertanyaan berikutnya kepada Usamah, ‘Apakah kamu pernah bermimpi kamu juga berperang?’ Usamah menyahut, ‘Saya sering bermimpi seperti itu.’ Kemudian orang itu menyuruh Usamah keluar dan membaca Al-QUran di luar ruangan.

Ia lantas beralih kepadaku dan bertanya, ‘Darimana nenek-moyangmu berasal?’

Aku jawab, ‘Dari Hadhramaut, Yaman.’ Lalu, dia meminta saya bercerita tentang suku asalku. Saya beritahu dia bahwa suku kami mempunyai hubungan dengan suku Shanwah yang merupakan salah satu bagian suku Qahthan di Yaman.’

Tiba-tiba ia meneriakkan takbir keras-keras dan memanggil Usamah dan menciumnya sambil berisak tangis. Dia juga mengatakan bahwa tanda-tanda Kiamat telah dekat.