Eramuslim.com – Akhirnya, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang di Buleleng, Bali, selesai dan akan mulai beroperasi. Proyek tersebut diresmikan pada Selasa kemarin (11/8).
Namun yang membuat miris, acara peresmian dengan tajuk Completion and Production PLTU Celukan Bawang tersebut sama sekali tidak ada keterlibatan pekerja asal Indonesia di dalamnya. Semuanya adalah warga negara Cina. Bahkan petugas yang bertugas memeriksa tamu undangan pun juga adalah orang-orang yang berasal dari Cina. Seolah Bali sekarang adalah sudah menjadi milik orang-orang Cina, bukan lagi milik orang Indonesia.
Yang lebih mengiris hati, dalam runtutan acara tersebut hampir semuanya menggunakan bahasa Mandarin (Cina). Hanya Assisten Ekonomi Pembangunan Provinsi Bali, Ketut Widja, yang mewakili Gubernur Bali, dan Asisten II Setda Buleleng, Ida Bagus Geriastika, mewakili Bupati Buleleng yang menggunakan bahasa Indonesia ketika memberikan sambutan.
Acara tersebut diselenggarakan oleh PT CHEC, sebuah perusahaan asal Cina, yang termasuk pemilik saham di PLTU tersebut.
Sedangkan, PT General Energy Bali (GEB) yang juga merupakan pemilik saham asal Indonesia tidak dilibatkan dalam acara. Bahkan, sama sekali tidak ada perwakilan dari GEB dalam acara itu.
Cita rasa Cina juga sangat terasa selama pelaksanaan acara, hampir semuanya serba Cina. Seolah Buleleng Bali, sudahlah bukan milik negara Indonesia.
“Masuk PLTU tadi serasa berada di negara lain. Semua bernuansa Cina mulai petugas, bahasa, dan interiornya,” ujar Asisten II Setda Buleleng, Ida Bagus Geriastika, selepas acara peresmian.
Di wilayah proyek PLTU itu, hampir semua petunjuk operasional menggunakan tulisan berbahasa Mandarin (Cina), sangat sulit ditemukan tulisan berbahasa Indonesia.
Parahnya lagi, bendera perusahaan Cina itu di area PLTU dipasang lebih tinggi daripada bendera Merah Putih. Seolah Merah Putih sebagai simbol kedaulatan Indonesia di area tersebut sudah hilang. Yang berdaulat adalah negara Cina.
Kejadian ini mengingatkan kepada pernyataan Wakil Perdana Menteri Cina Liu Yandong saat memberikan pidato sambutan di Auditorium FISIP UI, pada 27 Mei 2015, yang menyatakan akan mengirimkan 10 juta warga negaranya ke Indonesia.
Yang mana migrasi massal warga negara Cina sejumlah 10 juta itu menurut Ketum Partai PUDI Dr. Ir. Sri Bintang Pamungkas memang sudah direncanakan dalam rentang waktu yang lama, dengan tujuan akhir untuk menguasai Indonesia.
“Karena itu, orang-orang Cina Indonesia bisa menjadi penduduk nomor dua sesudah suku Jawa. Tentulah ini akan menjadi migrasi besar dunia setelah bule-bule Eropa Barat berimigrasi ke Amerika Serikat dan Australia pada sekian abad lalu,” ujar Sri Bintang, sebagaimana disampaikan kepada Eka Gumilar dari Politikline.
Sri Bintang menambahkan, untuk mewujudkan hal yang ia sebut sebagai “Migrasi Cina Terselubung” ini, mereka tidak segan-segan untuk melakukan tindakan kriminal dengan memalsukan identitas.
“Sudah bukan rahasia, KTP dijualbelikan dengan harga ribuan dollar untuk orang-orang Cina RRC masuk menjadi WNI,” terang Sri Bintang. Bagaimana wahai pribumi, masihkah terus berdiam diri? (rz/pribuminews)