Eramuslim.com – Dulu, buah ceplukan atau ciplukan (baca: ciplu’an), hanya dibiarkan saja tumbuh bagai semak bahkan dicabuti seperti tanaman hama. Di Indonesia ceplukan ini bisa dijumpai di banyak daerah. Tanaman ini tumbuh liar di lahan kosong, pekarangan rumah, atau tempat lain yang tanahnya tidak becek, baik di dataran rendah maupun tinggi.
Namun kini mulai diburu karana khasiatnya, jadi tak berlebihan karena harganya selangit. Di Brunei sebijinya bisa dihargai Rp10.000, sementara di salahsatu mall di kota besar seperti Jakarta sekilonya mencapai Rp500 ribu.
Ciri fisik secara umum
Sebagai tanaman menahun dari suku terung-terungan Solanaceae ini tumbuh tegak, bercabang cukup banyak, yang berambut pendek. Kalau tumbuhnya terlalu subur, sering cabangnya tidak mampu menahan beban daun dan buahnya yang bergelantungan banyak sekali, sampai mudah patah.
Bunganya yang muncul di “ketiak daun” berwarna putih kekuning-kuningan. Dari bunga ini kemudian tumbuh buah yang bentuknya mirip lentera, menggantung dengan warna hijau muda. Apa yang tampak dari luar itu sebenarnya hanya kulit buah yang agak transparan.
Di dalamnya mula-mula masih berongga, tapi kemudian terisi oleh bulatan buah yang sebenarnya, berupa berry (buah buni). Buah dalam kulit ini bisa dimakan, kalau kulitnya sudah menguning layu.
Mula-mula terasa agak getir, tapi kalau memang sudah masak akan terasa manis agak keasam-asaman. Enak juga, tapi kalau dimakan terlalu banyak, bisa menyebabkan orang yang bersangkutan mabuk.