Keragaman persepsi
Setidaknya terdapat 50 buah surat yang terdokumentasikan dalam kitab A’lam. Membaca kitab tokoh yang pernah menggali riwayat dari sekitar 500 ahli hadis itu, penikmat karya-karya klasik akan memiliki berbagai kesimpulan persepsi tentang kategori buku tersebut.
Apa pasal? Kitab yang mengumpulkan ragam surat-surat Rasulullah itu bisa dibaca dari berbagai sudut pandang. Kitab A’lam bisa didudukkan sebagai kitab sejarah, sastra, etik, dan dakwah. Ragam penilaian corak buku itu tak terlepas dari konten surat itu sendiri, baik dari peranan surat, struktur bahasa, maupun substansi yang terdapat pada risalah tersebut.
Disebut kitab sejarah lantaran surat-surat yang terdokumentasikan dalam kitab A’lam itu tak sekadar dinukil begitu saja dari sumbernya, tetapi yang paling penting pengarang menyertakan informasi yang berkaitan. Misalnya, Ibnu Thalun melengkapi data tentang pendikte, penulis, dan kurir yang ditugasi untuk menyampaikan surat tersebut.
Bahkan, identitas tujuan surat bisa diketahui, mulai dari nama, tempat, hingga data waktu pengiriman surat. Keberadaan surat-surat itu juga sekaligus menjadi bukti sejarah tentang perkembangan Islam di periode awal.
Mereka yang membaca kitab ini juga bisa menyimpulkan bahwa kitab A’lam merupakan kitab bahasa dan sastra, mengingat gaya bahasa yang dipilih sebagai redaksi surat mengandung nilai sastra yang tinggi. Surat-surat itu ditulis secara singkat, padat, dan santun.
Kesan itu akan tampak jelas dirasa terutama bagi para pengkaji bahasa. Bahasa kenabian (Dzauq) mendominasi setiap penggal kata dan kalimat yang disusun. Dan, yang tak kalah penting, kitab A’lam dapat pula dikategorikan ke dalam kitab dakwah.
Kitab yang salah satu manuskripnya ditemukan di Perpustakaan Ad-Dhahiriyyah, Damaskus, Suriah, itu mengungkapkan tentang pola, strategi, dan metode dakwah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah, baik berupa ajakan masuk Islam maupun imbauan kepada sebuah komunitas untuk berbuat baik. (rol)