Eramuslim.com – Tradisi surat-menyurat telah membudaya sepanjang peradaban manusia. Usia tradisi berkirim surat telah dimulai sejak manusia mengenal tulisan dan bahasa. Surat-menyurat memiliki makna tersendiri baik bagi para pengirimnya maupun mereka yang menerimanya.
Uniknya, surat-menyurat tak sebatas diperuntukkan bagi mereka yang masih hidup. Dalam peradaban Mesir, misalnya, ditemukan 15 surat peninggalan masa Old Kingdom (sekitar 2686-2181 SM) ke masa New Kingdom (1550-1069 SM). Surat-surat tersebut dialamatkan bagi sanak keluarga untuk handai tolan yang belum lama meninggal.
Bagi masyarakat Mesir kuno, orang yang telah meninggal masih dianggap mempunyai kekuatan. Isi surat tak hanya keinginan untuk tetap terhubung setelah dipisahkan kematian, tetapi juga permintaan agar orang yang telah meninggal tersebut tetap ikut terlibat dalam penyelesaian persoalan-persoalan duniawi. Tradisi surat-menyurat juga konon telah berlangsung di era peradaban Yunani dan Romawi.
Saat agama Islam berkembang, media surat menjadi instrumen penting untuk dakwah Islamiah di kalangan para pemimpin suku atau negara tertentu. Rasulullah menggunakan surat untuk mengajak petinggi sebuah kaum ataupun bangsa untuk memeluk Islam.
Dalam sejarah tercatat, Rasulullah beberapa kali berkirim surat untuk para raja dan kaisar yang berisi ajakan untuk memeluk Islam. Surat-surat itu disampaikan oleh utusan yang secara khusus dipilih oleh Rasulullah. Sedangkan untuk urusan penulisan surat, Rasulullah memercayakannya ke sejumlah sahabat yang kemudian dikenal dengan para pencatat (kuttab).