Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Alquran maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak berkata “alif lam mim” itu satu huruf, akan tetapi “alif” satu huruf, “lam” satu huruf dan “mim” satu huruf [HR. at-Tirmidzi, 2910].
Di sisi lain, doa tersebut sebagai bentuk ittiba’ (mengikuti) Rasulullah SAW, karena beliau senantiasa berdoa dengan doa yang ma’tsur. Akan tetapi, meskipun tidak memahami artinya tetap lebih baik (utama) dibandingkan dengan bahasa lain beserta memahami artinya. Sebab, Allah SWT Maha Mengetahui apa yang terkandung dalam diri hambanya ketika berdoa. Firman Allah Swt:
إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ.
Allah Maha mengetahui segala isi hati [Q.S. Luqman (31: 23]
Jika seseorang itu belum mampu melafalkan doa dengan bahasa Arab maka boleh memakai bahasa lain. Dalam berdoa hendaknya dilakukan dengan menundukkan hati, dan menghayati makna doa tersebut (hal ini dianjurkan pula bagi doa yang ma’tsur). Rasulullah SAW bersabda:
اُدْعَوا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِاْلإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءَ مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ.
Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai [HR. at-Tirmidzi no. 3479]
Oleh sebab itu, setiap muslim hendaknya selalu belajar, termasuk dalam hal berdoa, agar doa-doa yang selama ini tidak diketahui artinya menjadi diketahui artinya sehingga menambah kesempurnaan dalam berdoa. (Okz)