“Itu perkiraan atau estimasi,” ujarnya.
Berpotensi gempa secara keseluruhan
Dwikorita menambahkan secara umum, seluruh wilayah Indonesia berada di atas lempeng tektonik yang berpotensi menghasilkan gempa.
“Gempa akan terus terjadi. Semua sudah sadar kondisi ini,” katanya.
Soal waktu kejadian, memang tidak bisa diprediksi oleh para pakar.
Karena tidak ada yang bisa memastikan kapan gempa terjadi atau kapan lempeng bergeser.
Pakar gempa Jaya Murjaya menjelaskan, gempa berasal dari zona kegempaan kosong atau seismic gap.
Pulau Jawa sudah beberapa kali dilanda gempa berkekuatan lebih dari 7 SR.
Menurut Jaya, semua wilayah tersebut masih berpotensi terjadi gempa yang besar.
“Jika disimulasikan untuk wilayah Jakarta, dengan kekuatan 8,7 SR akan berdampak pada guncangan dengan skala intensitas VI sampai VII MMI,” paparnya.
Data dari Pusat Studi Gempa Nasional menyebutkan jumlah sesar aktif di Indonesia juga bertambah, yakni dari 81 sesar pada 2010 menjadi 295 sesar aktif pada 2017.
Antisipasi gempa besar
Oleh karena gempa adalah sesuatu yang tak bisa ditolak atau dicegah, maka yang perlu dipersiapkan adalah antisipasi jika gempa terjadi.
Hal pertama adalah soal struktur bangunan.
Menurut Dwikorita, perlu pemeriksaan apakah semua gedung di Jakarta sudah memenuhi standar antigempa.
Mulai dari building code, standar ketahanan gempa, hingga SNI (Standar Nasional Indonesia).
Berikutnya adalah soal edukasi masyarakat, bagaimana menghadapi gempa, apa yang harus dilakukan ketika gempa terjadi, dan sebagainya.