Apartheid Israel di Palestina Jauh Lebih Parah dari Apartheid di Afrika Selatan

Selain rencana pengusiran paksa warga Palestina di Sheikh Jarrah, upaya pengusiran warga juga dilakukan Israel melalui penerapan sistem pajak yang diskriminatif. Murad mengatakan ada yang namanya Arnona atau semacam pajak bangunan yang diterapkan pemerintah Israel untuk warga Yerusalem dengan nilai yang cukup tinggi dan menurutnya itu merupakan pajak tertinggi di dunia.

Dia mencontohkan sebuah toko kecil di Kota Tua Yerusalem seukuran 2×3 meter pajaknya bisa mencapai jutaan dolar per tahun.

“Untuk memaksa orang keluar, untuk usir orang,” ujarnya.

Orang Palestina juga tidak diizinkan membangun rumah di daerah Yerusalem Timur. Kalau nekat membangun sendiri tanpa izin, terancam akan dihancurkan buldozer Israel. Anehnya warga Palestina yang harus membayar buldozernya atau menghancurkan sendiri rumahnya.

“Jadi itu apartheid. Ini jauh lebih parah dari di Afrika Selatan,” tegasnya.

Mengenai ketegangan yang pecah di akhir Ramadan, Murad mengatakan tidak ada kaitannya dengan Muslim maupun Ramadan. Menurutnya ketegangan tersebut merupakan alat politik yang sengaja diciptakan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu untuk melanggengkan kekuasannya.

Popularitas PM penjajah sayap kanan itu merosot karena dugaan kasus korupsi. Warga Israel sejak beberapa bulan lalu turun ke jalan, berunjuk rasa menentang Netanyahu karena tuduhan korupsi.

“Jadi dia membuat masalah ini agar dia tidak jatuh tahta, agar dia tetap berkuasa. Karena kalau dia tidak berkuasa lagi dia akan langsung ditangkap, divonis soal korupsi, banyak kasus korupsinya,” ujarnya.

Netanyahu, lanjutnya, memanfaatkan kelompok ekstrem atau radikal, termasuk parpol sayap kanan yang memiliki kursi di Knesset atau parlemen Israel.

Pada 28 April, ada dua kelompok ekstrem Yahudi, salah satunya Lehava, yang mau masuk ke Masjid Al-Aqsa, saat jemaah Muslim sedang berkumpul untuk memperingati Lailatul Qadar. Kelompok ini dilindungi aparat Israel. Saat orang Palestina berusaha menghalangi mereka, mereka justru diserang dan ditangkap.

Masjid Al-Aqsa merupakan tempat paling suci ketiga bagi umat Islam seluruh dunia, bukan hanya bagi rakyat Palestina. Hamas kemudian mengeluarkan ultimatum, meminta aparat Israel mundur dari Al-Aqsa, jika tidak, mereka akan meluncurkan roket ke Israel.

“Tapi itu tidak berarti Hamas yang mulai, Hamas itu bereaksi. Apa yang dibuat sama Hamas itu reaksi dan itu 99 persen dari rakyat Palestina mendukung (tindakan Hamas) itu,” jelasnya.