Eramuslim.com – Agresi militer penjajah Israel di Jalur Gaza telah menewaskan 212 warga Palestina, termasuk 61 anak-anak, 35 perempuan, dan 16 lansia. Zionis-Israel melancarkan serangan udara sejak lebih dari sepekan lalu, menghancurkan sejumlah bangunan, termasuk blok rumah susun warga dan klinik laboratorium tes Covid-19.
Memanasnya ketegangan di wilayah tersebut berawal dari rencana pengusiran paksa keluarga Palestina yang tinggal di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur yang diduduki. Sejumlah warga menggelar demonstrasi menentang rencana penjajah Israel tersebut.
Penjajah Israel ingin mengusir warga Palestina yang telah puluhan tahun tinggal di lingkungan tersebut. Israel ingin membangun di Yerusalem Timur yang diklaim sebagai wilayahnya. Pada 2017, Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat itu memutuskan memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem Timur.
“Jadi tidak diakui Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina. Jadi sekarang semua dianggap sebagai ibu kota Israel, that’s why itu mulai diperketat semuanya dan by the way, keadaan untuk orang Yerusalem I think tidak ada seseorang di dunia ini dengan keadaan bisa hidup dengan keadaan mereka,” jelas Ketua Komunitas Palestina di Indonesia, Murad Halayqa, kepada Merdeka.com, saat dihubungi pada Rabu (19/5).
Murad mengatakan saat ini jumlah penduduk Palestina di Yerusalem hanya 300.000 jiwa. Padahal pada 1967, jumlah penduduk Yahudi di Yerusalem hanya 20 persen dan 80 persen merupakan orang Arab Palestina termasuk Kristen dan Muslim.
“Sekarang terbalik, gara-gara kebijakan Israel yang rasis, sekarang 80 persen orang Yahudi dan 20 persen orang Palestina,” sebutnya.
“Jadi dasar masalahnya itu Yerusalem, mulai dari Sheikh Jarrah,” lanjutnya.