Pada tahun 1979, Mesir menjadi negara Arab pertama yang berdamai dengan Israel. Setelah Israel, Mesir adalah penerima kedua terbesar bantuan Amerika, disusul oleh Irak setelah Saddam Hussein digulingkan.
Amerika Serikat dilaporkan telah menggelontorkan bantuan kepada Mesir total lebih dari $ 50 miliar selama bertahun-tahun. Dana itu telah menjaga rezim Mubarak untuk tetap berkuasa.
Kompensasinya, Mesir ditunjuk menjadi broker dan fasilitator untuk perdamaian antara Israel dan Palestina.
Dalam pertemuan dengan Senator John Kerry Februari lalu, Amir Qatar berpendapat bahwa Mesir lebih tertarik dalam mempertahankan perannya sebagai perantara perdamaian (agar bantuan AS tetap mengalir) dibandingkan benar-benar mencapai perdamaian.
Amir juga mengatakan tujuan Mesir adalah untuk terus berada dalam zona permainan dan menjaga hubungan mereka dengan Amerika Serikat, selama mungkin. Dengan cara misalnya, Emir menuduh, Mesir melakukan sabotase nota kesepahaman antara Fatah dan Hamas.
Menurut Hamad bin Jassim al-Thani, perdana menteri Qatar, posisi Mesir persis sama dengan seorang dokter yang menyarankan pasiennya untuk tetap terus berobat di rumah sakit selama mungkin. "Dokter akan menjaga pasien tetap hidup selama mungkin, namun harus tetap tinggal di rumah sakit." (sa/albab)