Sejarah dunia sudah mencatat dengan tinta penuh darah atas pembantaian, pengusiran, dan perbudakan yang dilakukan orang-orang kulit putih terhadap suku asli Indian di benua baru yang dinamakan Amerika. Namun tidak banyak yang menulis jika “orang-orang kulit putih” seperti Colombus dan lainnya sesungguhnya merupakan pion Yahudi untuk obsesi besarnya menguasai dunia. Di dalam satu bagian dari buku Knights Templar Knights of Christ (Rizki Ridyasmara), ditulis:
…Setelah ditemukan (Colombus), orang-orang Yahudi melakukan imigrasi besar-besaran ke Amerika Selatan, terutama Brazil. Louis Torres menetap di Kuba dan membuka perkebunan tembakau yang kemudian diekspor ke Eropa dan mancanegara sehingga sekarang ia dikenal sebagai ‘Bapak Tembakau’. Tak lama kemudian terjadi perang antara Brazil dengan Belanda. Peperangan ini membuat kaum Yahudi di Brazil tidak merasa aman dan mereka kemudian pindah ke Nieuw Amsterdam, sebuah koloni Belanda yang terletak di Amerika Utara.
Gubernur Jenderal Pieter Stuyvessant yang berkuasa di Nieuw Amsterdam mengetahui imigrasi orang-orang Yahudi di wilayahnya. Stuyvessant sendiri tidak menyukai kehadiran orang-orang Yahudi. Namun akibat campur tangan pemodal Yahudi internasional, Stuyvessant akhirnya mengalah dan membolehkan mereka tinggal di koloninya. Walau demikian terhadap orang-orang Yahudi itu, Stuyvessant memberlakukan sejumlah persyaratan. Di antaranya, orang-orang Yahudi tidak boleh menjadi ambtenaar (pegawai pemerintah) dan juga dilarang berdagang komoditas tertentu. Hal ini menjadikan saudagar-saudagar itu memutar otak untuk bisa menghasilkan uang.
Saat itu, di kota baru ini juga terdapat banyak imigran Eropa yang miskin, pakaiannya lusuh dan bahkan jarang yang diganti. Akhirnya para saudagar Yahudi ini membuka sebuah usaha baru yang sebelumnya belum di kenal oleh dunia: berdagang pakaian bekas. Dan ini ternyata laku keras.