Menaklukkan Yerusalem
Bukan tanpa alasan Umar bin Khattab datang ke Yerusalem dengan berjalan kaki pada 637 Masehi itu.
Usai memperoleh kabar bahwa Uskup Sophronius selaku juru kunci Gereja Makam Kudus ingin bertemu langsung dengannya, Umar langsung mempersiapkan seekor unta untuk berangkat.
Umar juga meminta kepada Aslam, seorang hamba yang telah dimerdekakan, untuk menemani perjalanannya. Lantaran hanya membawa seekor unta, maka Umar dan Aslam menaikinya secara bergantian.
Nah, saat hendak memasuki Kota Yerusalem, Umar mendapat giliran berjalan kaki.
Aslam sebetulnya sudah memohon kepada tuannya itu agar menaiki unta demi menjaga wibawa sebagai pemimpin besar yang datang untuk mengambil-alih kota suci. Namun Umar menolak karena saat itu giliran Aslam yang naik unta.
Sesaat setelah memasuki pintu gerbang kota, penduduk Yerusalem bergegas menyambut dan memberi hormat kepada orang yang duduk di atas unta itu (Tamim Ansary, Dari Puncak Bagdad, 2012: 95).
Mereka mengira Aslam adalah sang khalifah, sedangkan Umar pengawalnya. Tentu saja Aslam merasa canggung dan berusaha memberikan penjelasan bahwa ia bukanlah khalifah yang dimaksud.
Penjelasan dari Uskup Sophronius membuka tabir bahwa lelaki berbadan kekar berpakaian sederhana dan datang dengan berjalan kaki itulah sang Khalifah Umar bin Khattab.
Umar datang ke Yerusalem untuk menerima penyerahan kota suci itu dari Uskup Sophronius.
Sebelumnya, Yerusalem masih berstatus tanah sengketa antara Kekaisaran Byzantium (Romawi Timur) yang beribukota di Konstantinopel (Istanbul) dan Kekhalifahan Rasyidin yang berpusat di Madinah.
Di kota yang dianggap suci bagi tiga agama sawami (Yahudi, Kristen, Islam) ini, terdapat Gereja Makam Kudus. Uskup Sophronius adalah pengampu otoritasnya, baik secara agama maupun politik, mewakili Kekaisaran Byzantium.
Pada November 636 M, pasukan muslim yang dipimpin Abu Ubaidah berhasil mengepung Yerusalem (Ahmad D. Marimba, Rangkaian Cerita dari Sejarah Islam, 1962: 59).
Pengepungan berlangsung selama enam bulan sebelum akhirnya Uskup Sophronius angkat tangan. Namun, Sophronius hanya bersedia menyerahkan hak atas Yerusalem kepada Umar bin Khattab.