Sinar Matahari Butuh 8 Menit untuk Sampai ke Bumi

Hal ini belum pernah diketahui manusia kecuali setelah abad ke-19. Padahal, Alquran telah memaparkannya sejak 1.400 tahun yang lalu.

Dalam ayat-ayatnya, Alquran berbicara tentang kegelapan-kegelapan (dalam bentuk jamak) dan cahaya (dalam bentuk tunggal) seakan-akan terdapat banyak kegelapan dan hanya ada sedikit cahaya.

Sains empiris kemudian datang menegaskan bahwa lapisan cahaya yang mengelilingi bumi merupakan suatu lapisan yang sangat tepat sangat tipis, yang ketebalannya tidak lebih dari 200 kilometer. Lapisan cahaya itu pun hanya ada di sekeliling dari bumi yang menghadap matahari.

Adapun sekeliling dari separuh bumi yang tidak menghadap matahari merupakan lapisan gelap yang menyatu dengan kegelapan semesta yang sangat pekat. Sinar matahari sendiri sebetulnya bukan cahaya murni yang berwarna putih yang dinamakan nur (yang memungkinkan manusia untuk bisa melihat).

Ketika sinar matahari memasuki atmosfer yang melingkupi bumi, dimulailah penguraian sinar itu oleh partikel-partikel atom padat dan uap air yang ada di udara, lalu sinar itu pun berubah menjadi cahaya.

Kemudian menjadi teranglah siang hari dan terang itu membantu manusia untuk menjalani hidup. Kalau bukan karena karakter sinar matahari yang demikian itu, tentu manusia sama sekali tidak akan mampu menjalani kehidupannya di permukaan planet bumi ini.

Jadi, matahari pada siang hari hanya terdapat pada rentang 200 kilometer di atas permukaan bumi yang mendapatkan cahaya terang. Lalu, apa yang terjadi di luar rentang 200 kilometer tersebut? Yang terjadi adalah kegelapan yang amat pekat dan matahari hanyalah sebuah titik berwarna biru pada lembaran hitam yang sangat legam.

Allah berfirman, “Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari. Demi bulan apabila mengiringınya. Demi siang apabila menampakkannya.” (QS Asy-Syams: 1-3).