Aceh sendiri termasuk provinsi di Indonesia yang paling kaya akan sumberdaya alamnya. Dan AS sendiri adalah negara yang langsung tanggap memberi pertolongan kepada Aceh saat negeri ini disapu gelombang tsunami. Dan, AS sendiri adalah negara yang paling berdarah tangannya dalam menyerang negeri muslim, seperti Irak, Afghanistan dan Palestina alias memegang predikat sebagai negara kolonialis dan imperialis (penjajah) nomor wahid! Dalam setiap pertolongannya, negeri dua wajah seperti AS dan juga negeri-negeri penjajah lainnya selalu disertai dengan misi lain, yakni menguasai sumberdaya sebuah negeri calon jajahannya tersebut. Kasus Irak bisa kita ambil contoh. Misi sebenarnya AS menyerang Irak, seperti diketahui oleh masyarakat dunia, bukanlah senjata pemusnah massal, tapi adalah minyak. Apakah hal ini juga berlaku untuk Aceh, khususnya dan Indonesia, umumnya? Bisa jadi, karena bagi Barat tak ada yang namanya makan siang yang gratis! (No free lunch!).
Meskipun hal ini dibantah oleh pihak militer AS dan pemerintah Indonesia, namun ada kabar yang beredar kalau sebenarnya AS ingin membangun pangkalan militernya di Sabang. Sabang sendiri adalah sebuah pulau yang sangat strategis bagi perdagangan. Terbukti ketika Belanda (VOC) masih berkuasa di Aceh, negara tersebut ketika menguasai Aceh, sempat membangun pelabuhannya disitu sebagai jalur perdagangannya. Kata “Balohan” yang kini menjadi nama salah satu kota di Sabang, juga diduga kuat berasal dari ucapan orang Belanda kepada kata Pelabuhan di Sabang.