Letusan Gunung Sourabaya pada tahun 2016 itu hanya diketahui oleh NASA. Berdasarkan analisa citra satelit Landsat-8 milik NASA, letusan pada April 2016 itu bertipe ”stromboli”. Menurut NASA, Gunung Sourabaya merupakan salah satu gunung berapi paling dipelajari di dunia.
Dinamai “Gunung Sourabaya” sejak 1971
Gunung yang memiliki “nama khas” Indonesia ini dinamai oleh United Kingdom Antarctic Place-Names Committee (UK-APC), atau Komite Penamaan-Tempat Antartika Inggris, pada tahun 1971. Nama yang terdengar familiar di Indonesia tersebut mengacu pada nama sebuah kapal laut milik Inggris, bertipe kapal pabrik (factory ship) yang bernama “SS. Sourabaya”.
SS. Sourabaya adalah kapal pabrik pengemasan ikan dari hasil penangkapan dan pemrosesan ikan paus. Oleh karenanya kapal ini adalah kapal pabrik paus (whaling factory ship) yang digerakkan oleh tenaga uap berbahan bakar batubara.
Pada tahun 1935, kapal Inggris itu sedang berada di sekitar kawasan laut Kepulauan Sandwicch, kemudian terlihat letusan gunung berikut asap tebal yang keluar dari kubah sebuah gunung api di pulau Bristol yang diselimuti salju itu.
Karena tertutup salju, pada saat itu belum ada yang tahu bahwa gunung di Pulau Bristol tersebut aktif, bahkan sedang meletus di hadapan para awak kapal.
Oleh karenanya, gunung api yang belum bernama dan sedang meletus di depan mata mereka itu dinamakan Sourabaya, sebagai penghormatan para awak SS. Sourabaya atas laporan mereka.
Penamaan “Sourabaya” yang masih misterius
SS. Sourabaya pada awalnya adalah kapal kargo dengan berat 7.823 grt (gross ton). Tak hanya kabin ABK, kapal ini juga memiliki ruang untuk penumpang dan juga memiliki pendingian. Kemudian pada tahun 1929, Sourabaya berubah dan dijadikan kapal whale factory ship.
Pada tanggal 27 Oktober 1942, SS. Sourabaya yang sedang berada ditengah Samudra Atlantik, diterpedo oleh kapal selam Jerman U-436 pada kordinat 54° 32’ N, 31° 02’ W.