Jalan yang diserukan oleh Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam merupakan jalan lurus yang tunggal. Ia menghantarkan setiap orang yang mau mengikutinya menuju keselamatan dunia dan akhirat. Namun di sepanjang jalan tersebut terdapat percabangan yang sangat banyak. Setiap percabangan menawarkan berbagai janji yang seringkali sangat meyakinkan padahal semuanya menyesatkan siapapun yang mau mengikutinya. Demikianlah Allah ta’aala firmankan di dalam Al-Qur’an:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ
فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
”…dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah ta’aala kepadamu agar kamu bertakwa”. (QS Al-An’aam ayat 153)
Jalan Da’wah Islam merupakan Undangan ke Surga. Sebab ujung akhir dari perjalanan manusia yang meniti jalan ini ialah keridhaan Allah ta’aala dan kenikmatan surga yang kekal-abadi. Namun untuk mencapai surga seseorang harus mempersiapkan diri untuk menempuh jalan mendaki, bukan jalan mulus yang meluncur ke bawah. Jalan Da’wah Islam penuh dengan hal-hal yang seringkali tidak sesuai dengan hawa-nafsu manusia. Sebab segala sesuatu yang memperturutkan syahwat manusia umumnya menghantarkan seseorang ke jurang neraka yang mengerikan.
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ أَرْسَلَ جِبْرِيلَ إِلَى الْجَنَّةِ فَقَالَ انْظُرْ إِلَيْهَا وَإِلَى مَا أَعْدَدْتُ لِأَهْلِهَا فِيهَا قَالَ فَجَاءَهَا وَنَظَرَ إِلَيْهَا وَإِلَى مَا أَعَدَّ اللَّهُ لِأَهْلِهَا فِيهَا قَالَ فَرَجَعَ إِلَيْهِ قَالَ فَوَعِزَّتِكَ لَا يَسْمَعُ بِهَا أَحَدٌ إِلَّا دَخَلَهَا فَأَمَرَ بِهَا فَحُفَّتْ بِالْمَكَارِهِ فَقَالَ ارْجِعْ إِلَيْهَا فَانْظُرْ إِلَى مَا أَعْدَدْتُ لِأَهْلِهَا فِيهَا قَالَ فَرَجَعَ إِلَيْهَا فَإِذَا هِيَ قَدْ حُفَّتْ بِالْمَكَارِهِ فَرَجَعَ إِلَيْهِ فَقَالَ وَعِزَّتِكَ لَقَدْ خِفْتُ أَنْ لَا يَدْخُلَهَا أَحَدٌ قَالَ اذْهَبْ إِلَى النَّارِ فَانْظُرْ إِلَيْهَا وَإِلَى مَا أَعْدَدْتُ لِأَهْلِهَا فِيهَا فَإِذَا هِيَ يَرْكَبُ بَعْضُهَا بَعْضًا فَرَجَعَ إِلَيْهِ فَقَالَ وَعِزَّتِكَ لَا يَسْمَعُ بِهَا أَحَدٌ فَيَدْخُلَهَا فَأَمَرَ بِهَا فَحُفَّتْ بِالشَّهَوَاتِ فَقَالَ ارْجِعْ إِلَيْهَا فَرَجَعَ إِلَيْهَا فَقَالَ وَعِزَّتِكَ لَقَدْ خَشِيتُ أَنْ لَا يَنْجُوَ مِنْهَا أَحَدٌ إِلَّا دَخَلَهَا
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Ketika Allah ta’aala menciptakan surga dan neraka, diutuslah Jibril ke surga dan dikatakan kepadanya: “Lihatlah surga dan apa-apa yang telah kusiapkan di dalamnya untuk penghuninya.” Maka Jibril pergi melihatnya dan apa-apa yang telah disiapkan di dalamnya untuk penghuninya. Jibril-pun kembali menemui Allah ta’aala dan berkata: ”Demi keagunganMu tidak ada seorangpun yang mendengar tentang surga kecuali pasti ingin memasukinya.” Lalu Allah ta’aala lapisi surga dengan hal-hal yang tidak menyenangkan. Kemudian Jibril disuruh melihatnya dan apa-apa yang telah disiapkan padanya untuk penghuninya. Setelah melihatnya Jibril kembali kepada Allah ta’aala dan berkata: ”Demi keagunganMu sungguh aku khawatir tidak seorangpun akan memasukinya.”
Kemudian Allah ta’aala perintahkan Jibril: ”Lihatlah neraka dan apa-apa yang telah kusiapkan di dalamnya untuk penghuninya.” Setelah melihatnya Jibril berkata: ”Demi keagunganMu tidak ada seorangpun yang mendengar tentang neraka kecuali pasti tidak ingin memasukinya.” Lalu Allah ta’aala lapisi neraka dengan hal-hal yang menyenangkan (syahwat). Kemudian Jibril disuruh melihatnya dan apa-apa yang telah disiapkan padanya untuk penghuninya. Setelah melihatnya Jibril kembali kepada Allah ta’aala dan berkata: ”Demi keagunganMu sungguh aku khawatir tidak seorangpun kecuali pasti akan memasukinya.” (HR Tirmidzy 2483)
Dunia inilah tempat dimana kedua pelapis tersebut dibentangkan Allah ta’aala. Dunia sarat dengan kesenangan yang menipu. Begitu pula sebaliknya. Dunia merupakan tempat yang sarat dengan penderitaan yang menipu. Orang beriman sangat faham tabiat dunia yang penuh tipuan. Sehingga dirinya tidak akan sibuk mengejar berbagai kesenangan dunia karena khawatir itu semua hanya akan berujung ke neraka. Demikian pula seorang beriman sabar menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan di dunia karena ia berharap itu semua merupakan jalan menuju pintu surga.
Jalan Da’wah Islam merupakan undangan ke surga. Barangsiapa yang ingin menempuh jalan ini maka selayaknya ia menyatakan sejak hari pertama bahwa dirinya siap berpisah dengan berbagai kesenangan syahwat. Hendaknya ia menyatakan sejak hari pertama bahwa dirinya siap menghadapi berbagai hal yang tidak menyenangkan. Alangkah ironisnya bilamana dijumpai seorang yang mengaku menempuh jalan da’wah namun hidupnya bergelimang kemewahan dunia. Bukan berarti Islam mengharamkannya. Namun seorang aktifis da’wah sejati akan jauh lebih mengutamakan kesenangan akhirat yang kekal-abadi daripada bersibuk diri dengan kesenangan menipu dunia fana ini.
Lihatlah teladan kita Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Suatu hari sahabat Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu mendapati pada punggung Nabi shollallahu ’alaih wa sallam ada bekas tikar yang menjadi tempat ia membaringkan tubuh mulianya. Berkata Umar: ”Ya Rasulullah, mengapa engkau menyusahkan dirimu dengan cara seperti ini? Sungguh, engkau adalah utusan Allah ta’ala. Engkau lebih berhak memiliki istana seperti milik Kisra dari Persia dan Kaisar Romawi.” Apa jawab beliau? Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Wahai Umar, Kisra dari Persia dan Kaisar Romawi hanya dijanjikan kesenangan di dunia. Tidakkah engkau senang memperoleh janji Allah ta’aala berupa kesenangan abadi di surga?”
وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ وَأَوْرَثَنَا الْأَرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ فَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
”Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya”. Dan mereka mengucapkan: “Segala puji bagi Allah ta’aala yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki.” Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.” (QS Az-Zumar 73-74)