Ada sebagian muslim bilamana selesai mengerjakan sholat lima waktu langsung meninggalkan tempat sholatnya lalu berdiri untuk segera kembali meneruskan kesibukan duniawinya. Mereka tidak menyempatkan diri untuk berhenti sejenak membaca wirid ataupun bacaan-bacaan yang sesungguhnya dianjurkan dan dicontohkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.
Padahal terdapat banyak variasi wirid yang dicontohkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam selepas beliau mengerjakan sholat lima waktu. Di antaranya:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
Apabila Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam selesai dan salam dari sholat beliau mengucapkan: ”Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya segala puji dan bagiNya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau cegah. Kekayaan seseorang tidak berguna dari ancamanMu.” (HR Bukhary 3/348)
Setidaknya dari wirid di atas ada tiga poin penting yang mengandung pengokohan kembali iman seseorang. Pertama, ia mengokohkan pengesaannya akan Allah subhaanahu wa ta’aala. Ia memperbaharui tauhid-nya, keimanannya bahwa hanya ada satu ilah di jagat raya ini dan bahwa ilah tersebut tidak memiliki sekutu apapun bersamaNya.
Kedua, ia mengokohkan keyakinannya bahwa sesungguhnya rezeqi seseorang sepenuhnya telah ditakar dan ditentukan terlebih dahulu oleh Allah subhaanahu wa ta’aala. Sehingga pembaharuan keyakinan ini akan membuat dirinya tetap rajin namun tidak ngoyo dalam mengejar rezeqi di dunia.
Ketiga, ia bahkan membebaskan dirinya dari faham materialisme. Suatu faham yang menganggap bahwa banyak-sedikitnya materi menentukan mulia-hinanya seseorang. Padahal sekaya apapun seseorang, maka sesungguhnya kekayaannya itu tidak dapat membebaskan dirinya dari ancaman serta siksaan Allah subhaanahu wa ta’aala bilamana ia tidak memenuhi hak Allah untuk disembah dan diesakan. Allah subhaanahu wa ta’aala bukanlah seperti kebanyakan fihak di dunia fana ini yang dengan mudah bisa disuap.
Ada lagi jenis wirid yang biasa Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam kerjakan sebagai berikut:
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ يَوْمًا ثُمَّ قَالَ يَا مُعَاذُ إِنِّي لَأُحِبُّكَ فَقَالَ لَهُ مُعَاذٌ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ وَأَنَا أُحِبُّكَ قَالَ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ أَنْ تَقُولَ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى
ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Dari sahabat Mu’adz radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah menggandeng tangnnya dan bersabda: “Demi Allah, hai Mu’adz, sesungguhnya aku mencintaimu.” Lalu beliau bersabda: “Aku berwasiat kepadamu hai Mu’adz, jangan kau tinggalkan setiap selesai sholat ucapan: “Ya Allah, berilah pertolongan kepadaku untuk berdzikir menyebut namaMu, syukur kepadaMu dan ‘ibadah yang baik untukMu.”(HR Ahmad 45/96)
Orang yang rajin membaca wirid di atas selepas sholat lima waktu tentu akan menjadi seorang mu’min yang senantiasa rendah hati dan hanya bergantung kepada Allah subhaanahu wa ta’aala. Sebab betapapun banyaknya aktivitas dzikir, bersyukur dan ber-ibadahnya namun dengan penuh kesadaran ia terus memohon hanya kepada Allah subhaanahu wa ta’aala untuk menjadikan dirinya selalu sanggup mengerjakan ketiga perkara mulia tersebut.
Bahkan ada jenis wirid yang menurut Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam bila dikerjakan seorang muslim selepas sholat lima waktu akan menyebabkan dirinya terjamin memperoleh ampunan Allah subhaanahu wa ta’aala atas segenap dosanya betapapun banyaknya dosa yang ia miliki:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ (مسلم)
“Barangsiapa bertasbih kepada Allah tigapuluh tiga kali setiap selesai sholat lalu bertahmid kepada Allah tigapuluh tiga kali dan bertakbir kepada Allah tigapuluh tiga kali maka itu adalah sembilanpuluh sembilan lalu mengucapkan -sebagai penyempurna menjadi seratus- dengan “Tidak ada ilah selain Allah tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segenap kerajaan dan miliknya segenap puji-pujian. Dan Dia atas segala sesuatu Maha Berkuasa, ” niscaya dosa-dosanya diampuni meskipun seperti buih lautan.” (HR Muslim 3/262)
Tidak ada seorangpun manusia yang luput dari kesalahan dan dosa. Sehingga seorang muslim pastilah sangat berhajat akan ampunan Allah subhanaahu wa ta’aala agar dirinya selamat pada hari perhitungan kelak di akhirat.
Maka, saudaraku, sempatkanlah untuk membaca wirid-wird yang dianjurkan dan dicontohkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam selepas sholat lima waktu. Jangan menjadi hamba dunia yang menyangka bahwa jika sudah selesai sholat yang penting adalah segera kembali mengerjakan kesibukan duniawinya. Padahal apalah artinya segenap dunia yang dikejar dibandingkan dengan kebaikan yang dijanjikan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam jika kita mau saja mengisi waktu sejenak selepas sholat wajib harian kita.