Salah satu karakter utama seorang bertaqwa ialah beriman kepada perkara yang ghaib. Seorang muttaqin tidak hanya meyakini adanya alam nyata, tetapi juga mengimani alam ghaib yang tidak tampak secara kasar. Salah satu makhluk halus yang termasuk alam ghaib adalah makhluk ciptaan Allah subhaanahu wa ta’aala bernama syaitan. Syaitan tidak dapat dilihat manusia namun mereka dapat melihat dan mengganggu kita.
يَا بَنِي آَدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآَتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya `auratnya. Sesungguhnya ia (syaitan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS Al-A’raaf ayat 27)
Syaitan merupakan musuh Allah subhaanahu wa ta’aala dan musuh orang-orang beriman. Mereka merupakan keturunan iblis yang telah menyebabkan bapak ummat manusia yakni Nabiyullah Adam ’alaihis-salam tergelincir sehingga dikeluarkan Allah subhaanahu wa ta’aala dari surga dan ditempatkan di muka bumi yang fana. Allah subhaanahu wa ta’aala memerintahkan kita agar waspada menghadapi tipu-daya syaitan. Allah ta’aala juga menyuruh kita memperlakukan syaitan tanpa kompromi dan selalu memelihara spirit permusuhan dengannya.
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
”Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS Faathir ayat 6)
Syaitan sangat serius dan berambisi mengajak manusia menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala sebab mereka mewarisi perjuangan nenek-moyangnya Iblis yang telah bertekad dihadapan Allah ta’aala untuk menyesatkan manusia dengan taktik menjadikan manusia memandang baik perbuatan durhaka atau maksiat kepada Allah ta’aala di muka bumi.
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ
وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
”Iblis berkata, “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.”” (QS Al-Hijr ayat 39-40)
Berdasarkan ayat di atas syaitan ternyata tidak berdaya ketika berhadapan dengan manusia yang ikhlas dalam beribadah kepada Allah ta’aala. Sebab orang yang mukhlis adalah orang yang tidak perlu dibujuk lagi untuk beribadah dan beramal sholeh. Mereka mengerjakan semuanya semata karena ingin meraih Ridha Allah ta’aala. Mereka sudah bersih dari berbagai kepentingan dunia dalam berbuat kebaikan. Menghadapi yang seperti ini syaitan jelas kehabisan akal. Sebab syaitan hanya sukses menggoda orang yang masih bisa diiming-iming dengan berbagai hal yang bersifat duniawi yang fana. Namun bila seseorang telah menyadari dan meyakini bahwa dunia ini hanya mengandung kesenangan yang menipu dan bahwa akhiratlah tempat berharap yang sejati, maka syaitan jelas kehabisan bahan bakar untuk menyesatkannya.
Salah satu tipu-daya yang syaitan sering lakukan ialah membuat seorang manusia lupa dzikrullah (mengingat Allah). Lupa mengingat Allah ta’aala bisa mengundang kehadiran syaitan ke dalam rumah kita sehingga mereka leluasa menginap, bahkan leluasa menyantap dan menikmati makanan kita padahal tidak pernah kita niatkan membagi mereka.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ
سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ لَا مَبِيتَ لَكُمْ وَلَا عَشَاءَ وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ وَإِذَا لَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya dia pernah mendengar Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Apabila seseorang masuk ke dalam rumahnya, lalu ia menyebut nama Allah ta’aala ketika masuk dan ketika menghadapi makanannya, maka syaitan akan berkata kepada teman-temannya: ‘Tidak ada tempat bermalam maupun makan malam untuk kalian di sini.’ Tetapi sebaliknya, apabila ia masuk ke dalam rumahnya tanpa menyebut nama Allah pada waktu masuknya, maka syaitanpun akan berkata: ‘Kalian mendapatkan tempat bermalam’. Dan bila ia tidak menyebut nama Allah ta’aala ketika menghadapi makanannya, maka syaitanpun berkata: ’Kalian mendapatkan tempat bermalam dan makan malam sekaligus’.”(HR Muslim 10/293)
Ya Allah, janganlah Engkau biarkan kami lalai mengingatMu tatkala kami pulang dan masuk ke dalam rumah kami sendiri agar syaitan tidak ikut bermalam di rumah kami.
Ya Allah, janganlah Engkau biarkan kami lalai mengingatMu tatkala kami menghadapi santapan makan kami agar syaitan tidak ikut serta menyantap makanan kami.
Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan mukhlasin.
Amin ya Rabb.-