Di dalam bukunya “Jahiliyah Abad Dua Puluh”, Muhammad Qutb (hal 63-67) menyebutkan setidaknya ada empat ciri yang membuat suatu masyarakat disebut masyarakat jahiliyah, yaitu:
Pertama, tidak adanya iman yang sesungguhnya kepada Allah dan tidak adanya sikap tunduk kepada-Nya dalam setiap urusan, yaitu sikap yang membuktikan kesatuan antara akidah dan syari’at, tanpa pemisahan dalam hal apapun
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ
”Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya” (QS Al-An’aam 91)
Kedua, tidak adanya pelaksanaan hukum menurut apa yang telah diturunkan Allah, yang berarti menuruti “hawa nafsu” manusia. Hal ini muncul dari tidak adanya penyerahan diri mutlak (keIslaman) kepada Allah SWT
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
”..dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yangfasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maaidah 49-50)
Ketiga, hadirnya berbagai thaghut di muka bumi, yang membujuk manusia supaya tidak beribadah dan tidak taat kepada Allah serta menolak hukum syari’at-Nya; kemudian mengalihkan peribadatannya kepada thaghut itu dan hukum-hukum yang dibuat menurut selera nafsunya.
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آَمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
”Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah thaghut (syaitan), yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS Al-Baqarah 257)
Keempat, Hadirnya sikap menjauh dari agama Allah, sehingga penyelewengan menjurus kepada nafsu syahwat, sekalipun sebab-sebabnya terdapat di dalam fitrah manusia sendiri (QS 3:14). Dengan demikian masyarakat itu tidak pernah melarang dan tidak merasa berkepentingan untuk melawan penyelewengan berupa perbuatan asusila tersebut.
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali Imran 14)
Itulah beberapa ciri menonjol setiap kejahiliyahan yang ada di muka bumi sepanjang sejarah. Semuanya muncul dari cirinya yang paling pokok dan paling besar, yaitu penyelewengan dari kewajiban berbakti dan bersembah sujud kepada Allah sebagaimana mestinya. Muhammad Qutb (hal 71) kemudian menambahkan bahwa di samping beberapa ciri yang ada pada semua jenis kejahiliyahan sepanjang sejarah manusia, kejahiliyahan modern memiliki beberapa ciri-ciri khusus dan istimewa. Ciri-ciri tersebut dapat diringkas kurang lebih sebagai berikut:
Pertama, kemajuan ilmu pengetahuan sedemikian tinggi yang dipergunakan antara lain untuk menyesatkan manusia dari tuntunan Ilahi dan menjerumuskan semua makhluk Allah ke dalam bahaya dan bencana.
Kedua, manusia bersikap sombong terhadap penciptanya (Allah), karena silau melihat hasil-hasil yang dicapai di bidang ilmu pengetahuan dan kemajuan material. Manusia menganggap dirinya tidak membutuhkan tuhan, atau bahkan merasa dirinya telah menjadi “tuhan”. (QS 28:78)
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ
”Qarun berkata, "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.”
(QS Al-Qashash 78)
Ketiga, berbagai macam teori ‘Ilmiah” yang menjerumuskan manusia kepada penyelewengan di bidang kemasyarakatan, ekonomi, psikologi dan bidang-bidang kehidupan lainnya. (hal. 112-113)
Keempat, malapetaka akibat teori evolusi (hal 108-113)
Kelima, kebebasan wanita (yang telah disalahgunakan). Lihat hal 227 hingga 231.
Ket: gambar dari Deviant-Art.com