Setiap muslim pasti menginginkan dirinya kelak di akhirat memperoleh rahmat dan ampunan Allah subhaanahu wa ta’aala sehingga ia berhak dimasukkan ke dalam surga penuh kenikmatan dan dijauhkan dari neraka penuh kesengsaraan. Tidak mungkin ada seorang muslim, bahkan seorang manusia beragama apapun, yang dengan sukarela menyatakan dirinya enggan masuk surga alias ingin masuk neraka. Ini mustahil. Namun ternyata dalam suatu kesempatan Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menginformasikan adanya orang yang tidak ingin masuk surga alias memilih neraka sebagai tempat tinggal abadinya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى (البخاري)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa sesungguhnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Semua ummatku akan masuk surga, kecuali orang yang enggan (tidak mau).” Para sahabat bertanya: ”Siapa orang yang tidak mau itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Siapa yang taat kepadaku ia masuk surga, dan siapa yang durhaka kepadaku, berarti ia sungguh tidak mau.” (HR Bukhary 22/248)
Dari hadits di atas kita dapat simpulkan dua hal:
Pertama, menurut Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam ternyata ada manusia yang bakal masuk surga dan ada yang enggan alias tidak mau masuk surga.
Kedua, berdasarkan keterangan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam pengertian orang yang bakal masuk surga adalah orang yang taat kepada Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam. Sedangkan pengertian orang yang tidak mau masuk surga adalah mereka yang durhaka kepada Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.
Jadi, siapapun dia, beragama apapun dia, termasuk mengaku muslim sekalipun, namun jika ia tidak mau taat alias durhaka kepada Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam, berarti ia telah memproklamirkan dirinya sebagai orang yang enggan masuk surga. Ia telah menunjukkan bahwa dirinya lebih memilih neraka sebagai tempat tinggal abadinya di akhirat.
Seorang muslim sejati adalah orang yang memahami bahwa ketaatannya kepada Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam merupakan syarat sekaligus indikasi dirinya mentaati Allah subhaanahu wa ta’aala.
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
”Barangsiapa yang menta`ati Rasul, sesungguhnya ia telah menta`ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta`atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS AnNisa 80)
Dan sebaliknya, barangsiapa yang mendurhakai Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam berarti ia mendurhakai Allah subhaanahu wa ta’aala. Maka dalam kaitan dengan ini, berarti orang yang tidak mau mengimani lalu mentaati Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam berarti ia telah mendurhakai Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Dan hal itu berarti bahwa ia enggan masuk surga. Ia memilih neraka sebagai tempat kembalinya di akhirat kelak. Wa na’udzu billaahi min dzaalika.
Berdasarkan pemahaman mendasar inilah kita ummat Islam menyebut orang yang tidak mau mengikrarkan dua kalimat syahadat sebagai orang kafir alias orang yang mengingkari keesaan Allah subhaanahu wa ta’aala serta kenabian Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Apapun keyakinan dan agamanya, selagi ia mengingkari kenabian Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam berarti ia durhaka kepada Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Berarti ia enggan masuk surga. Bahkan sekalipun ia mengaku muslim, mengaku bersyahadatain, namun bila sesungguhnya ia mengingkari kenabian Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam berarti ia telah durhaka kepada Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.
Tanpa kecuali, hal ini berlaku kepada kelompok yang dewasa ini sedang ribut dipermasalahkan ummat Islam, yakni orang-orang Ahmadiyah. Sekalipun mereka meng-claim diri sebagai muslim, namun karena mereka meyakini adanya Nabi lain sesudah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam berarti mereka telah mendurhakai Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam. Bahkan mereka telah mendurhakai Allah subhaanahu wa ta’aala. Sebab di dalam Al-Qur’an jelas-jelas Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman bahwa Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam merupakan penutup rangkaian Nabi-Nabi utusan Allah, namun mereka dengan lancangnya mengimani –baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi- adanya Nabi lain dengan ajaran lain sesudah Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Ahzab 40)
Mereka meyakini bahwa Nabi palsu bernama Mirza Ghulam Ahmad merupakan seorang Nabi yang diutus Allah subhaanahu wa ta’aala sesudah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Padahal di antara ajaran yang disebarkannya adalah penghapusan kewajiban berjihad fi sabilillah, terutama tidak perlunya ummat Islam berjihad melawan penjajah Inggris di India pada masa itu. Pantaslah ketika pemerintah Pakistan akhirnya menerbitkan undang-undang yang menetapkan kelompok Ahmadiyah sebagai orang-orang di luar Islam alias kafir maka merekapun memindahkan markas mereka ke negeri yang memang membidani kelahiran kelompok tersebut, yakni Inggris. Saat ini markas pusat Ahmadiyah berada di London, ibukota negeri induk semangnya yakni Inggris.
Sangat kita sayangkan bahwa di negeri berpenduduk muslim terbesar sedunia, pemerintah Indonesia tidak mendudukkan perkara ini pada tempat semestinya. Sehingga SKB yang diterbitkan berkenaan dengan Ahmadiyah tidak tegas berupa pembubaran kelompok sesat dan menyesatkan ini, bahkan tidak jelas memposisikan mereka sebagai kelompok orang-orang di luar Islam alias kafir. Hal ini sesungguhnya merupakan suatu kezaliman bagi ummat Islam umumnya, bahkan bagi orang-orang Ahmadiyah itu sendiri pada khususnya. Mengapa? Karena SKB ini telah menyebabkan orang-orang Ahmadiyah –terutama kalangan awam ajaran Ahmadiyahnya- menyangka bahwa diri mereka muslim padahal jelas-jelas ajaran dasar mereka mendurhakai Kenabian Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Hal ini mengantarkan kita kepada satu kesimpulan bahwa orang Ahmadiyah tidak mau masuk surga…!