Seorang yang berlogika seperti di atas mustahil bisa mendapatkan segenap kebaikan dan hikmah Ramadhan. Mengapa? Sebab bulan agung dan berkah ini hanya diperuntukkan bagi orang yang beriman. Sedangkan mereka yang tidak berimansulit untukmerasakan keistimewaannya. Coba lihat bagaimana Nabi menjelaskan dan menggambarkan keagungan bulan Ramadhan dalam berbagai pesan beliau.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
Barsabda Rasulullah saw: “Bila tiba malam pertama bulan Ramadhan para syaithan dibelenggu, maksudnya jin. Dan pintu-2 Neraka ditutup dan tak satupun yang dibuka dan pintu-2 surga dibuka dan tak satupun yang ditutup dan ada penyeru yang menyerukan: ”Wahai para pencari kebaikan, sambutlah(songsonglah) dan wahai para pencari kejahatan, tolaklah(hindarilah).” Dan Allah memiliki perisai dari api neraka. Dan yang demikian terjadi setiap malam.” (HR Tirmidzi)
Coba perhatikan hadits di atas. Ia sarat dengan ungkapan mengenai perkara akhirat dan alam ghaib. Bagaimana mungkin seorang sekularis akan bisa menerima isi hadits di atas? Hanya seorang yang memang benar-benar beriman akan adanya akhirat dan alam ghaib-lah yang bisa menerima dan akhirnya meyakini kandungan hadits di atas. Namun seorang sekularis pastilah akan mentertawakan dan mengingkari kandungan hadits tersebut. Atau paling jauh ia akan memaksakan penafsiran simbolis dan liberal atas kandungannya.
Itulah sebabnya kita masih sering mendengar pendapat yang seolah melecehkan kegagalan ummat Islam untuk bisa berproduktivitas di bulan Ramadhan setara dengan produktivitasnya di bulan-bulan lainnya. Inilah pendapat seorang sekularis. Mereka masih saja memaksakan cara pandang dunia terhadap sebuah momen yang tolok ukur kemuliaannya tidak bisa ditakar dengan cara demikian.
Oleh karenanya Allah ta’aala sebutkan apa sesungguhnya target keberhasilan orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, ” (QS Al-Baqarah ayat 183)