Saat Al-Zaidi, seorang jurnalis Iraq, melempari Presiden Amerika George Bush dengan sepasang sepatunya ia terdengar berteriak: “This is the farewell kiss, you dog!” (“Ini ciuman perpisahan, dasar anjing!”) selanjutnya ia melemparkan sepatu keduanya, sambil berteriak: “This is from the widows, the orphans and those who were killed in Iraq.” (“Ini dari para janda, anak-anak yatim, dan orang-orang yang terbunuh di Irak.”)
Kunjungan Bush ke Irak dan Afghanistan merupakan kunjungan mendadak sekaligus kunjungan perpisahan. Presiden Amerika ini datang ke dua negeri Islam yang sedang di-invasi tentara Amerika pada saat akhir kepemimpinannya. Usia kekuasaan Bush bakal berakhir saat Obama dilantik pada tanggal 20 Januari 2009. Bush bermaksud hendak membangun citra ”husnul-khaatimah” (happy ending) di dua negeri yang hingga akhir kepemimpinannya kemenangan perang belum kunjung diraih oleh pasukan penjajahan Barat, Amerika khususnya.
Kunjungan mendadak ini ternyata benar-benar menghasilkan insiden mendadak yang sungguh di luar dugaan siapapun, terutama Bush. Kunjungan perpisahan ini juga benar-benar membuahkan hadiah perpisahan yang paling mengesankan bagi Bush bahkan bagi seluruh dunia. Adapun niat untuk membangun citra ”husnul-khaatimah” (happy ending) tampaknya bagi Bush ia telah gagal total. Namun bagi kebanyakan penduduk Irak dan Dunia Islam, bahkan dunia secara umum, tampaknya citra Bush justru memperoleh momentum yang dinilai paling memuaskan, kalau tidak bisa dikatakan menjadi hiburan yang paling mencerahkan.
Tapi barangkali kita salah jika menyangka Bush menilai dirinya gagal membangun citra ”husnul-khaatimah” lantaran peristiwa pelemparan sepatu tersebut. Sebab dalam wawancara eksklusifnya dengan koresponden CNN di Gedung Putih, tatkala diminta komentarnya soal peristiwa sepatu tersebut, Bush dengan Pe-De-nya menjawab: ”So what?” (”Memangnya kenapa?” alias ”Emang Guwe Pikirin?” atau ”Tahu Ah Gelap!”). Astaghfirullah al-’Adziem..! Sungguh, suatu jawaban yang sangat tidak pantas keluar dari mulut seorang kepala negara yang secara de facto sedang memimpin dunia…!
Akan lebih wajar barangkali seandainya Bush menjawab sebagai berikut: ”Tentulah, sebagai seorang pemimpin bangsa yang besar seperti Amerika, saya merasa tersinggung. Tetapi, saya bisa mengerti dan memaafkan jurnalis Irak tersebut. Dan saya berharap ia tidak perlu mengalami penderitaan sebagai balasan atas perbuatannya itu. Apa yang ia lakukan merupakan bukti keberhasilan kita menanamkan nilai-nilai kebebasan dan demokrasi di Irak.” Andaikan jawaban seperti ini yang Bush lontarkan mungkin masih lebih baik. Sedangkan jawaban: ”So what?” (”Memangnya kenapa?” alias ”Emang Guwe Pikirin?” atau ”Tahu Ah Gelap!”) mengindikasikan hadirnya ”mental defect” (kelainan kejiwaan) pada diri Presiden AS ini.
Barangkali Bush sangat sesuai dengan gambaran pemimpin paling buruk yang disebutkan oleh Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam:
وَشِرَارُكُمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ
“ Seburuk-buruk para pemimpin kalian ialah mereka yang kalian benci dan merekapun menbenci kalian dan kalian cela mereka dan merekapun mencela kalian.” (HR Ahmad 22874)
Laporan koresponden CNN di Baghdad mengatakan bahwa terjadi dua kelompok di masyarakat Irak terhadap peristiwa sepatu melayang. Kelompok pertama yaitu mereka yang sepenuhnya setuju atas tindakan jurnalis Irak tersebut. Sedangkan kelompok kedua adalah mereka yang menyayangkan mengapa tindakan pelemparan tersebut dilakukan di hadapan Perdana Menteri Irak, Al-Maliki. Tapi soal bahwa sepatu itu melayang ke arah Bush tidak ada satupun yang mempermasalahkannya. Muttafaqqun ’alaih (disepakati bersama)….
Sepatutnya Bush melakukan introspeksi atas rangkaian kebijakannya selaku Presiden Amerika. Sepatutnya Obama menjadikan ini sebagai pelajaran agar ia lebih bijak dalam memimpin kelak. Sepatutnya kejadian ini menjadi pelajaran bagi siapapun yang berposisi sebagai pemimpin dimanapun dan kapanpun.
Jangan-jangan apa yang menimpa George Bush hanya merupakan muqaddimah (pendahuluan) dari suatu bentuk hukuman yang jauh lebih hebat yang bakal ia terima. Hukuman yang telah Allah persiapkan bagi siapapun yang diberi otoritas kepemimpinan di muka bumi namun ia salah-gunakan. Alih-alih ia memimpin dengan semangat mengayomi rakyatnya, malah ia berlaku durjana dan sewenang-wenang.
Barangkali inilah tipe manusia yang bakal dicaplok oleh makhluk separuh elang separuh singa lalu melemparkannya ke dalam api neraka. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Aisyah bertanya mengenai keadaan di hari berbangkit. Dari Aisyah rahimahullah berkata:”Aku bertanya ya Rasulullah, apakah seorang kekasih masih ingat kekasihnya pada hari berbangkit?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam lantas menjelaskan bahwa ada tiga tempat di hari itu dimana seorang kekasih tidak bakal ingat samasekali dengan kekasihnya. Salah satunya ialah saat menanti pembagian rapaor buku catatan ’amal.
وَأَمَّا عِنْدَ تَطَايُرِ الْكُتُبِ فَإِمَّا أَنْ يُعْطَى بِيَمِينِهِ أَوْ يُعْطَى بِشِمَالِهِ فَلَا وَحِينَ يَخْرُجُ
عُنُقٌ مِنْ النَّارِ فَيَنْطَوِي عَلَيْهِمْ وَيَتَغَيَّظُ عَلَيْهِمْ وَيَقُولُ ذَلِكَ الْعُنُقُ وُكِّلْتُ بِثَلَاثَةٍ وُكِّلْتُ
بِثَلَاثَةٍ وُكِّلْتُ بِمَنْ ادَّعَى مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَوُكِّلْتُ بِمَنْ لَا يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ
وَوُكِّلْتُ بِكُلِّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ قَالَ فَيَنْطَوِي عَلَيْهِمْ وَيَرْمِي بِهِمْ فِي غَمَرَاتٍ
”Lalu ketika buku catatan ‘amal terbang. Pada saat itu ada kemungkinan ia jatuh di tangan kanan atau di tangan kiri. Di saat seperti ini seseorang tidak ingat kepada orang lain. Lalu seekor hewan separuh singa separuh garuda keluar mengitari mereka dengan marah dan berkata: ”Aku diperintahkan untuk menghabisi tiga jenis manusia (1) orang yang mengklaim ada tuhan selain Allah (2) orang yang tidak beriman pada hari perhitungan ‘amal (3) orang yang durjana dan sewenang-wenang.”Lantas hewan itu mengitari ketiga jenis manusia itu dan menghempaskan mereka ke jurang neraka…” (HR Ahmad 23649)