Bahkan dalam satu hadits di bawah ini sampai tiga kali Nabi menyebutkan iman kepada Allah subhaanahu wa ta’aala bersamaan dengan iman kepada hari Akhir.
حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
Bersabda Rasulullah saw: “Barangsiapa beriman kpd Allah dan Hari Akhir hendaklah bicara yang baik atau diam. Dan barangsiapa beriman kpd Allah dan Hari Akhir hendaklah menghormati tetangganya. Dan barangsiapa beriman kpd Allah dan Hari Akhir hendaklah menghormati tamunya.” (HR Bukhari-Muslim)
Ayat dan hadits seperti di atas banyak kita temui di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga kita bisa sampai pada suatu kesimpulan bahwa tingkat pentingnya mengimani hari Akhir setara atau sederajat dengan iman kepada Allah subhaanahu wa ta’aala
“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah.” Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.”(QS Al-Ahzab 63)[]
Penulis: Ust. Ihsan Tandjung