Di dalam surah Al-Baqarah Allah سبحانه و تعالى menyatakan bahwa agar berhak memasuki surga orang-orang beriman mesti melalui berbagai ujian terlebih dahulu. Sebagaimana umat beriman di masa lalu juga mengalami berbagai ujian. Allah سبحانه و تعالى berfirman:
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS Al-Baqarah [2] : 214)
Subhaanallah…! Coba bayangkan. Sudahlah para sahabat memang sedang menjalani masa sulit dengan aneka ujian dan cobaan di masa itu. Tetapi lihatlah bagaimana Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم mendidik para sahabat untuk bersabar dan melipat-gandakan kesabaran. Justeru mendengar apa yang dikatakan oleh Khabab ibnul Arat malah Rasulullah صلى الله عليه و سلم memberikan bayangan ujian kesulitan hidup yang jauh lebih dahsyat yang telah menimpa generasi terdahulu sebelum para sahabat. Ujian generasi terdahulu lebih berat lagi dibandingkan ujian para sahabat. Padahal apa yang dialami oleh para sahabat-pun bukanlah ujian dan cobaan yang ringan..! Bahkan Nabi صلى الله عليه و سلم mengakhiri pesannya kepada Khabab dengan menegurnya secara keras dan menilainya sebagai bagian dari golongan yang tidak sabar…!!
وَلَيُتِمَّنَّ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى هَذَا الْأَمْرَ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مَا بَيْنَ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ لَا يَخْشَى إِلَّا اللَّهَ تَعَالَى وَالذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ وَلَكِنَّكُمْ تَعْجَلُونَ
Dan sungguh, benar-benar Allah Tabaaraka Wa Ta’ala akan menyempunakan urusan (agama) ini hingga ada seorang pengendara berjalan dari Shan’a menuju Hadarmaut dalam keadaan tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, atau khawatir kambingnya akan dimakan serigala. Akan tetapi kalian terburu-buru." (HR. Ahmad, No. 20148)
Bahkan Nabi صلى الله عليه و سلم menilai Khabab sebagai bagian dari golongan yang tidak sabar. Padahal Khabab, seorang pandai besi, adalah salah seorang sahabat yang telah mengalami penyiksaan yang sungguh hebat di masa awal da’wah Islam di Mekkah sebelum hijrah. Sya’bi, salah satu kawan sependeritaan Khabab, menggambarkan kegilaan orang-orang Quraisy yang menyiksa Khabab. Orang-orang kafir itu datang kepada Khabab dan menyeretnya keluar kemudian menindihnya dengan batu yang membara, hingga meluluhkan dagingnya. Namun hati Khabab tak sedikitpun terpengaruh, justru membuat ia semakin yakin akan kebenaran risalah yang diikutinya.Sahabatnya yang lain menceritakan bahwa orang-orang kafir itu datang ke rumah Khabab. Mereka membakar besi-besi yang hendak dijadikan pedang. Kemudian setelah membara mereka gunakan untuk tiang mengikat tangan, kaki, berikut tubuh Khabab.
Inilah di antara yang telah dialami oleh generasi pertama ummat Islam. Namun Rasulullah صلى الله عليه و سلم menyebut Khabab sebagai “Akan tetapi kalian terburu-buru.” Lalu Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم membandingkan dengan ujian yang telah dialami oleh ummat beriman di masa lalu. Seolah ingin mengatakan bahwa sabar dan meilpatgandakan kesabaran menghadapi ujian berat merupakan prasyarat untuk meraih kemenangan dan masuk surga.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
"Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir". (QS. Al-Baqarah [2] : 250)
Syarat kedua agar orang-orang beriman meraih kemenangan dan berhak masuk taman keabadian penuh kenikmatan (yakni surga) ialah keharusan bertawakkal semata kepada Allah سبحانه و تعالى . Bilamana berbagai ujian dan penderitaan yang dialami kaum mukminin telah sampai ke derajat dimana orang-orang beriman tersebut hanya memohon pertolongan kepada Allah سبحانه و تعالى semata, maka pada saat itulah justeru pertolongan Allah سبحانه و تعالى akan segera datang. Dan tawakkal kepada Allah سبحانه و تعالى tersebut haruslah merata berlaku di segenap lini barisan kaum mukminin, baik Rasul maupun para pengikutnya, baik pemimpin maupun pengikutnya. Tidak boleh ada satupun lapisan kaum mukminin yang mengharapkan selain pertolongan Allah سبحانه و تعالى . Jangan sampai lapisan grassroot (akar rumput) para pengikut misalnya berharap kepada Allah سبحانه و تعالى , namun jajaran para pemimpin malah ada yang diam-diam mengharapkan bantuan dari kaum kuffar ataupun kaum munafik..!
حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“…sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah [2] : 214)
Dan tawakkal kepada Allah سبحانه و تعالى yang dituntut ialah tawakkal yang sempurna dan totalitas, bukan tawakkal yang parsial atau setengah-setengah. Tawakkal yang dituntut bukan hanya tawakkal kepada Allah سبحانه و تعالى dalam memohon pertolongan, yaitu dalam bentuk do’a, sholat lima waktu secara disiplin dan tepat waktu berjamaah di masjid, sholat tahajjud di tengah malam, berpuasa baik wajib maupun sunnah dan berbagai bentuk ibadah ritual lainnya. Tawakkal yang ditunutut hendaknya meliputi kefahaman dan keyakinan bahwa Islam mencakup baik urusan ritual, individual, sosial, politik, ekonomi, budaya, militer maupun segenap aspek kehidupan lainnya. Ia tidak mau menyerahkan urusan ibadahnya menurut ajaran Islam, namun urusan falsafah hidup bermasyarakat dan bernegara diserahkan kepada man-made ideologies (ideologi bikinan manusia). Ia tidak rela mengembangkan aspek ekonomi menurut aturan syariah sementara urusan politik berjalan mengikuti sistem politik produk kaum barat Yahudi-Nasrani. Sebab sikap seperti itu bukanlah bentuk sempurna bertawakkal kepada Allah سبحانه و تعالى semata.
Tawakkal sempurna kepada Allah سبحانه و تعالى akan menuntut orang-orang beriman supaya mengembalikan segenap urusan kepada petunjuk, aturan dan hukum Allah سبحانه و تعالى dan sesuai dengan tuntunan teladan utama orang-orang beriman yakni Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم. Demikianlah Allah سبحانه و تعالى gambarkan potret kumpulan manusia beriman terbaik yang selalu menghiasi panggung sejarah dunia.
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. An-Nisa [4] : 69)
Kumpulan para Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh merupakan manusia-manusia yang senantiasa istiqomah di atas jalan lurus yang Allah سبحانه و تعالى bentangkan untuk mencapai keselamatan di dunia dan di akhirat. Mereka tidak pernah memiliki keraguan akan kekuasaan dan kedaulatan Allah سبحانه و تعالى . Mereka tidak pernah silau dan kagum sehingga menjadi inferior alias keder menyaksikan kesewenang-wenangan kaum kuffar ketika Allah سبحانه و تعالى izinkan mereka berkuasa sejenak di dunia. Bila Allah سبحانه و تعالى taqdirkan mereka hidup dalam potongan zaman dimana kaum kuffar berkolaborasi dengan kaum munafiq memimpin dunia tanpa petunjuk Allah سبحانه و تعالى , maka kaum beriman ini tidak surut dari jalan Allah سبحانه و تعالى betapapun tidak populernya sikap dan jalan yang mereka pilih.
Orang-orang beriman sejati adalah mereka yang tidak sudi memilih petunjuk, arahan, bimbingan kecuali yang jelas-jelas bersumber dari Allah سبحانه و تعالى dan RasulNya Muhammad صلى الله عليه و سلم Mereka tidak akan rela memilih agama, jalan hidup, way of life selain Dienullah (agama Allah سبحانه و تعالى), Dienul-Haq (agama yang benar), Al-Islam. Dan mereka tidak meragukan sedikitpun agama Allah سبحانه و تعالى Al-Islam tersebut. Mereka sangat yakin bahwa agama Allah سبحانه و تعالى harus dilaksanakan secara keseluruhannya tanpa pemilahan dan pilih-pilih. Mereka tidak mudah ditipu oleh ajaran modern sesat Sekularisme. Suatu ajaran batil yang menyuruh ummat Islam agar memisahkan urusan agama dengan urusan kehidupan sehari-hari. Suatu ajaran yang mengatakan bahwa agama hendaknya diberlakukan sebatas dalam urusan kehidupan pribadi belaka atau di ruang lingkup masjid saja, sedangkan segenap urusan hidup seperti sosial, politik, budaya, ekonomi dan lain sebagainya hendaknya diatur berdasarkan rumusan teori-teori modern sesat produk kaum kuffar barat. Justeru orang-orang beriman sangat yakin dan tawakkal sepenuhnya kepada dienullah Al-Islam karena ia adalah sebuah ajaran yang syamil (menyeluruh), kamil (sempurna) dan mutakaamil (saling menyempurnakan). Dan mereka sangat ragu bahkan menolak berbagai teori, ajaran, konsep, ideologi, pandangan hidup, aturan hidup yang bersumber dari selain Allah سبحانه و تعالى Sebab bagaimana mungkin kaum beriman ragu kepada ajaran Allah سبحانه و تعالى padahal Dia adalah Yang Menciptakan langit dan bumi dan segenap makhluk di antara keduanya. Sementara apa yang telah dibikin oleh para manusia kuffar yang katanya cerdas dan berhasil menelorkan berbagai teori, konsep, ideologi, pandangan hidup, aturan hidup yang pantas menjadi pegangan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di era modern ini?
Saudaraku, sudah tiba masanya bagi kita ummat Islam yang mengaku beriman untuk secara serius ber-tawakkal hanya kepada Allah سبحانه و تعالى dan segenap ajaranNya. Hendaknya kita berusaha mengokohkan keyakinan kita bahwa hanya dengan kembali kepada Allah سبحانه و تعالى sebagai Rabb, Al-Islam sebagai dien (jalan hidup) dan Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم sebagai teladan utama serta Al-Quranul Karim sebagai dustur (konstitusi) sajalah kita akan memperoleh pertolongan Allah سبحانه و تعالى
Hanya dengan bertawakkal dalam arti sebenarnya kepada Allah سبحانه و تعالى sajalah kita bakal sukses menghadapi berbagai fitnah yang mengelilingi hidup kita di era Akhir Zaman ini. Mari saudaraku, kita pastikan diri dan keluarga kita semuanya benar-benar hanya dan hanya ber-tawakkal kepada Rabb, Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam raya, yakni Allah سبحانه و تعالى . Jika semakin hari semakin banyak ummat Islam yang bersikap demikian, maka percayalah insya Allah pertolongan Allah سبحانه و تعالى tidak lama lagi akan datang menghampiri ummat Islam. Amiin ya Rabbal ‘aalamiin.
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al-Baqarah [2] : 214)
Marilah kita kembangkan diri dan keluarga kita menjadi kaum beriman yang benar-benar sabar menghadapi berbagai ujian dan cobaan yang kian menghebat di Akhir Zaman ini. Lalu kita pastikan bahwa jiwa tawakkal kepada Allah سبحانه و تعالى menghiasi segenap aspek hidup. Jadilah kaum beriman yang tidak pernah ragu untuk hanya dan hanya bergantung kepada Allah سبحانه و تعالى dalam keadaan senang maupun susah.
(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab:
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
"Cukuplah Allah سبحانه و تعالى menjadi Penolong kami dan Allah سبحانه و تعالى adalah sebaik-baik Pelindung." (QS. Ali Imran [3] : 173)