Dunia modern dewasa ini didominasi oleh politik Barat yang dikomandani oleh Amerika Serikat. Segenap keputusan politik internasional tidak ada yang terlepas dari pengaruh kepentingan negara adidaya itu. Tanpa kecuali konstelasi politik yang berkembang di kawasan dunia Arab. Dan secara lebih khusus yang berkenaan dengan nasib bangsa Palestina. Amerika terus menerus menjanjikan bakal berdirinya sebuah negara Palestina berdaulat dan merdeka yang hidup berdampingan dengan negara Zionis Israel. Janji tinggal janji. Hingga hari ini janji tersebut tidak kunjung terrealisasi. Namun demikian, apakah memang umat Islam perlu berharap bahwa janji tersebut bakal terwujud? Bukan karena kita sudah sangat kenal dengan watak Amerika yang memang terlalu biasa menghumbar janji untuk kemudian tidak ditepati bilamana menyangkut kepentingan bangsa Palestina. Tetapi lebih karena seorang muslim semestinya bertanya terlebih dahulu kepada Allah (Al-Qur’an) dan RasulNya (Al-Hadits) sebelum melabuhkan harapannya kepada manusia manapun di muka bumi, terlebih kepada Amerika dan Israel. Sepatutnya seorang muslim bertanya terlebih dahulu: benarkah suatu bangsa seperti Amerika layak dijadikan tempat berharap? Benarkah sebuah kaum seperti bangsa Zionis Yahudi Israel layak dijadikan tetangga dimana umat Islam hidup damai berdampingan disebelahnya?
Jika kita buka berbagai keterangan Allah di dalam kitabNya, kita jumpai begitu banyak penjelasan mengenai watak bangsa Yahudi dan siapa saja yang ber-wala’ (berloyalitas) kepada bangsa Yahudi. Mengenai karakter asli bangsa ini terdapat suatu ayat yang sangat jelas dan tegas berbunyi:
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا
”Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS Al-Maidah ayat 82)
Inilah gambaran Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang mengenai kaum Yahudi. Allah telah memperingatkan kita akan berbahayanya watak dasar mereka. Mereka pada umumnya memiliki jiwa permusuhan terhadap umat Islam orang-orang beriman. Sudah barang tentu ada pengecualian satu dua di sana-sini, yaitu orang Yahudi yang kemudian memperoleh hidayah Allah sehingga memeluk Islam. Mantan Yahudi yang kemudian menjadi muslim umumnya bersikap damai terhadap sesama muslim karena dia sendiri telah memiliki identitas baru yang lebih dia hargai daripada identitas lamanya. Kitapun biasanya tidak lagi menganggap dia sebagai seorang Yahudi bila sudah masuk Islam. Namun secara umum watak mereka ialah penuh kebencian terhadap orang-orang beriman. Coba perhatikan hadits berikut:
إن اليهود قوم حسد
“Sesungguhnya bangsa Yahudi merupakan kaum yang penuh sifat hasad. (HR Shohih Ibnu Khuzaimah 1500)
Adapun bangsa yang berloyalitas kepada kaum Yahudi, Allah gambarkan mereka di dalam KitabNya sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS Al-Maidah ayat 51)
Allah mencap kaum yang loyal kepada Yahudi dan Nasrani adalah sama dengan masuk menjadi bagian dari golongan mereka. Bangsa Amerika yang meng-claim diri sebagai permanent ally (sekutu abadi) negara Zionis Israel berarti sama dengan telah mengumumkan diri menjadi bagian dari bangsa Yahudi itu sendiri. Maka kitapun tidak heran bilamana terjadi konflik Palestina-Israel selalu saja Amerika memberikan dukungan penuh tidak bersyarat kepada sekutu utamanya Israel bagaimanapun keadaannya, sekalipun sudah sangat jelas terungkap betapa zalimnya tingkah fihak Zionis terhadap rakyat Palestina seperti yang terjadi pada perang Furqon di Gaza akhir tahun 2008 awal tahun 2009 kemarin. Segala watak dan karakter asasi bangsa Yahudi telah diadopsi oleh bangsa Amerika sebagai akibat mereka menyerahkan loyalitas penuh kepada fihak Yahudi. Hal ini tidak saja berlaku bagi bangsa Amerika, tetapi siapa saja bangsa mana saja bilamana sudah mulai menyerahkan wala’-nya (loyalitasnya) kepada kaum Yahudi maka lambat laun watak dan karakter yahudi akan segera menjelma di dalam diri person maupun bangsa terkait.
Maka setelah kita bertanya kepada Allah dan RasulNya kemudian memperoleh jawabannya, mari kita kembali kepada pertanyaan di atas: ”Masih layakkah kita ummat Islam menyerahkan kepercayaan atau menaruh harapan kepada Amerika apalagi kepada Israel dalam penyelesaian konflik di tanah suci kiblat pertama umat Islam Baitul Maqdis (Jerusalem)?” Saya kira siapapun muslim yang berakal sehat dan berhati nurani tentu tahu jawaban semestinya atas pertanyaan itu. Islam tidak membenarkan kita bertoleransi apalagi berdamai kepada fihak seperti kaum Yahudi yang dewasa ini mengangkangi masjid Al-Aqsa dan setiap hari menggelar kezalimannya di tanah suci umat Islam di sana. Dewasa ini bahkan mereka tidak saja berlaku zalim terhadap umat Islam melainkan kaum Nasrani-pun dianiaya. Malah kita juga mendengar kabar bahwa sebagian rakyat mereka sendiri dizalimi oleh pemerintah Yahudi Zionis Israel bilamana menunjukkan sedikit saja empati dan simpati kepada rakyat Palestina.
Maka saudaraku, mengertilah kita sekarang mengapa Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam lima belas abad yang lalu telah mempersiapkan umat beliau yakni umat Islam untuk bersiap-siaga memerangi bangsa Yahudi. Beliau tanpa keraguan sedikitpun telah memprediksi bahwa umat Islam orang-orang beriman semuanya bakal terlibat dalam perang semesta menghadapi kaum Yahudi di akhir zaman.
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتُقَاتِلُنَّ الْيَهُودَ فَلَتَقْتُلُنَّهُمْ
حَتَّى يَقُولَ الْحَجَرُ يَا مُسْلِمُ هَذَا يَهُودِيٌّ فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ
Diriwayatkan daripada Ibnu Umar r.a katanya: Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Kamu semua akan membunuh orang-orang Yahudi. Maka kamu semua akan membunuh mereka sehingga batu akan berkata: Wahai para muslimin! Di sini ada orang Yahudi, datanglah kemari dan bunuhlah dia.” (HR Muslim)
Bayangkan saudaraku, ini adalah ucapan manusia paling berakhlak Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam…! Beliau yang dikenal cinta damai dan sangat menghargai nyawa manusia, namun bila menyangkut kaum Yahudi bersikap sangat tegas dan tanpa keraguan barang sedikitpun. Melalui hadits ini menjadi jelaslah bagi kita umat Islam bahwa bilamana menyangkut bangsa Yahudi sudah semestinyalah kita bersikap ekstra waspada, sebab pada gilirannya kita semua orang-orang beriman bakal terlibat dalam memerangi mereka sehingga batupun turut berfihak dan bakal diizinkan Allah untuk sanggup berbicara mengungkap keberfihakannya itu: ”Wahai para muslimin! Di sini ada orang Yahudi, datanglah kemari dan bunuhlah dia.” Dan coba perhatikan bagaimana Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan bahwa tatkala batu berbicara saat itu, ia akan memanggil kita tidak dengan panggilan berdasarkan bangsa atau atribut identitas lainnya. Batu bakal menyapa para mujahidin hanya dengan satu panggilan identitas yang memang Allah banggakan atas mereka, yaitu identitas keislamannya..!!! Batu tidak akan diizinkan Allah memanggil dengan sapaan: ”Wahai bangsa Palestina, wahai bangsa Arab, wahai bangsa Mesir, bangsa Yordan, bangsa Saudi, bangsa Indonesia, bangsa Malaysia…” TIDAK..!!! Allah hanya mengizinkan batu berbicara untuk memanggil para pejuang yang memerangi kaum Yahudi dengan satu panggilan universal: ”Wahai para muslimin!”
Wahai kaum muslimin, bangkitlah dari tidur panjang kalian..!!! Sadarilah bahwa segala upaya pemersatu kumpulan manusia tidak akan mencapai keberhasilan kecuali dengan kembali kepada identitas asli kita sebagai suatu umat. Tinggalkan dan tanggalkanlah segala bentuk bendera dan fanatisme kelompok, apakah itu berdasarkan bangsa, suku, adat, partai, golongan, nama Jamaah, atau nama pergerakan atau apapun. Kembalilah hanya kepada identitas asli yang memang Allah banggakan kita atasnya, yaitu Islam. Jika anda ditanya termasuk bangsa mana, jawablah dengan tegas: “Saya bangsa Muslim. Suku saya dan tanah air saya adalah Islam.!!!” Semua bentuk fanatisme kelompok tidak memiliki pembenaran di dalam ajaran Allah Yang Maha Suci ini. Satu-satunya fanatisme yang dibenarkan adalah menjadi seorang yang fanatik kepada komitmen ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah ’Azza wa Jalla. Mengikuti sunnah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam dengan murni dan konsekuen.
هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ
الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ
”Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.” (QS Al-Hajj ayat 78)
Saat kita bangga mengungkap identitas diri hanya sebagai bagian dari kaum muslimin sedunia, maka bilamana tiba harinya dimana Allah taqdirkan umat Islam memerangi kaum Yahudi ada harapan diri kita dipilih Allah menjadi bagian dari barisan para mujahid yang turut serta memerangi kaum Yahudi tersebut. Namun bilamana kita terus saja bermimpi dengan aneka identitas lainnya selain sebagai seorang muslim, jangan-jangan ketika hari itu tiba kita tidak termasuk yang dipilih Allah masuk ke dalam barisan mujahidin memerangi kaum Yahudi, bahkan sebaliknya Allah paksakan kita berada di fihak pembela kaum Yahudi itu sendiri. Wa na’udzu billaahi min dzaalika…!