Saya seperti Saudara Tri Prantoro, yang usul pada PKS. Saya bukan kader hanya simpatisan dan punya usul sebagai bukti simpati dan tentu saja harapan. Melihat hasil perolehan suara, dapat dikatakan PKS kalah, selain jumlah suara kecil juga jauh dari target. Dan karena itu saya melihat PKS seperti kebingungan mau menentukan koalisi dengan siapa dalam pilpres nanti agar tidak mengalami kekalahan dan kekecewaan yang kedua kalinya, karena tak mungkin maju sendiri sebagai Capres tanpa koalisi seperti rencana semula.
Sebelum melangkah lebih lanjut, sebaiknya kita instropeksi diri (muhasabah). Mengapa PKS kalah? Jawaban yang utama adalah kita salah mendefinisikan kalah dan menang. Kita salah membuat standar nilai kemenangan. Dianggap menang kalau suara yang diperoleh banyak. Benarkan suara banyak itu kemenangan? Jika kemenangan pemilu hanya berdasarkan suara yang diperoleh, maka pemilu 2009 ini pemenangnya tentu saja Golput. Ya, kan!
Ingatkah kita pada do’a Umar bin Khatthab yang minta pada Allah dimasukkan pada golongan yang minoritas (kecil). Mengapa? Karena hanya sedikit orang yang bersyukur, hanya sedikit orang yang komit pada islam, hanya sedikit orang yang istiqomah pada jalanNya dan hanya sedikit orang yang dimasukkan ke surga! Sebenarnya suara PKS kecil belum tentu menandakan kekalahan!
Muhasabah yang kedua mengapa suara PKS kecil? (Menurut saya pribadi yang bukan ahli politik dan sama sekali tidak punya ilmu politik, bahkan sangat tidak suka untuk belajar ilmu politik) kecilnya suara PKS dikarenakan dua hal:
1. PKS identik dengan Islam (benarkan sudah Islam kaffah???), sehingga memunculkan islamfobia. Anti Islam, meskipun ia berKTP islam tidak akan memilih PKS.
2. Di sisi lain saya melihat aura keislaman PKS sepertinya memudar. (Astaghfirullah dan mohon maaf… pada semua kader PKS). Oleh karena itu PKS mulai ditinggalkan ummatnya. PKS yang dulunya mengklaim sebagai partai dakwah, ternyata (sepertinya) juga haus kekuasaan. Ambisi jadi presiden, setidaknya wakil presiden, atau setidaknya banyak menteri dari PKS. Hal ini menyebabkan mulai ditinggalkan para simpatisan PK (dulu sewaktu masih PK sebelum PKS keislamannya terasa lebih kental) dan simpatisan PK masuk dalam partai Golput yang suaranya mencapai lebih dari 40 persen.
Yang sudah berlalu biarlah berlalu. Pemilu dapat suara kecil, jadikan ini pelajaran. Partai kecil bukan berarti kalah. Golongan kecil yang sabar dapat mengalahkan golongan yang besar (aduh…, lupa ayatnya tercantum di mana, pastilah kader partai dakwah lebih tahu?). Jika kita lihat kebanyakan legislatif sekarang dari kalangan selebritis (tanpa menafikan mereka), pasti kader PKS lebih unggul. Buktikan PKS meskipun sedikit, tetapi mampu mengalahkan (baca mendominasi) DPR dengan dakwahnya. Ini baru kemenangan PKS.
Hal kedua, yang penting pada pilpres mendatang sebelum menentukan koalisi dengan siapa, lebih dulu menentukan standar kemenangan koalisi, agar arah gerak dan strateginya pasti. Apakah kemenangan itu jika yang diajak koalisi menang menjadi presiden 2009-2014 ataukah kemenangan yang hakiki dalam padangan Allah?
Saran saya, koalisilah dengan siapa saja yang komitmen untuk berjuang menegakan kebenaran. Soal kalah dan menang, bukan urusan kita. Seperti kata Saudara Tri Prantoro, kalaupun kalah paling-paling hanya tidak mendapat jatah menteri, masih bisa berjuang di DPR. Kalau benar PKS adalah partai dakwah, jangan takut tidak dapat jatah kursi menteri. Kita tidak diminta pertanggungjawaban atas kekalahan perjuangan tetapi proses dari perjuangan itu sendiri. PKS tidak akan ditanya mengapa tidak bisa menjadi Presiden/ Menteri, tetapi yang dipertanggungjawabkan adalah bagaimana PKS bisa menjadi Presiden/ Menteri dan apa saja yang PKS lakukan. Bukan hasilnya!
Kalau PKS masih menginginkan koalisi untuk kemenangan semu (dapat jatah wapres atau kursi mentri yang banyak), ya…., maaf sajalah, good bye, PKS untuk pemilu mendatang. Coba, kalau PKS dapat jatah Menteri usulkan saja orang di luar kader PKS atau nonpolitisi, tentu saja yang orang yang istiqomah pada Islam (Jangan mengklaim di luar PKS tidak ada kader yang bagus, pasti masih ada orang Islam yang taat di Indonesia ini yang tidak masuk PKS)? Berani?
Yah, itu sekedar usul dan saran dari saya. Mohon maaf jika tidak berkenan.
Astghfirulohuli walakum.