Alumni Pendidikan Bahasa Jerman UPI Bandung
Selama beberapa hari terakhir ini kita di kejutkan dengan insiden ustadz ngoboy bak “kuda-kudaan” istilah itu kiranya cocok disematkan untuk ustadz Hariri, karena tindakannya yang secara sadar menjepit kepala orang, Hariri mengklaim tindakan nya sebagai bentuk kekesalannya terhadap pekerja Sound Sytem yang dinilainya kurang professional, singkat cerita Hariri meminta untuk membesarkan volume namun menurut ustadz yang kondang gara-gara membintangi sinotren Islam KTP ini keinginannya tersebut tidak digubris, alhasil emosinya memuncak dan akhirnya Hariri menjepit batang lehernya.
Fenomena ustadz artis
Insiden di atas sungguh sangat disayangkan karena hal tersebut dilakukan orang seorang da’i, apalagi saat kejadiaan tersebut berlangsung saat ceramah, yang mana pada kondisi tersebut sedang ditonton jema’ah. Ustadz Hariri adalah jebolan program pencarian da’i, selepas menjadi alumni pencarian bakat Hariri melejit bak artis, tentu saja fenomena ngartisnya ustadz bukan terjadi pada Hariri seorang, tapi menjamur hampir keseluruh chanel TV menyajikan ustadz dengan latar belakang terkenal, kita bisa melihat kecendurungan ustadz ngartis semakin laku, dengan kemasaan humornya membuat penonton terpinggal-pinggal, dan membawa magnet jual stasiun TV tersebut, hal ini dilakukan tentu saja untuk menaikan ratting program, nampaknya agama mulai menjadi komoditas yang diperdangkan, di sisi lain tak jarang konten ceremah penuh candaan, sehingga pesan yang ingin disampaikan menjadi kabur, mereka pun memberikan tarif tak murah, tentu saja ini semua adalah kemuduran moral yang sangat drastis, karena seharusnya seorang ustadz menjaga sikapnya, dan mencerminkan pribadi shaleh sebagai manifestasi pemahamannya, namun nilai tersebut mengalami pergeseran seiring dengan banyaknya fenomena ngartisnya ustadz.
Dakwah mengajak pada perubahan
Tujuan dakwah sangat mulai, karena dakwah sebuah bentuk rasa kasih sayang seorang muslim, mengajak kepada ma’ruf dan mencegah kemungkaran, kesan dakwah haruslah penuh dengan kesungguhan, mulai kemasan bahasanya arif, penuh santun, begitu pun dengan pribadi pengemban dakwahnya mencerminkan figuritas keshalihan, tanpa diniatkan dakwah untuk mencari materi, karena kita menyadari dakwah adalah kewajiban setiap muslim, dakwah merupakan aktivitas yang tidak pernah ditinggalkan oleh para rosul dan nabi. Ingat dakwah tidak selalu diidentitikan di atas mimbar dan memiliki jema’ah banyak, tapi dakwah yang sebenarnya adalah mengajak seseorang kepada keimanan, membangun kesadaraan umat, yang awalnya umat masih awam terhadap pemikiran islam menjadi tercerahkan dan menjadikan islam cahaya petunjuk aturan kehiduapan, seandainya para ustadz di TV menekan dakwah mereka kepada pemikiran mendasar tadi mungkin bangsa kita akan mulai terbangkitkan, bukan berarti di negeri ini tidak ustadz atau ulama tawadhu, istiqomah dalam berdakwah mengajak kepada keimanan hakiki, hanya saja ketika zaman telah merubah segala standar kebaikan menjadi standar keuntungan materi, apa-pun bisa dikompromikan, kita pun biasa melihat karekater ustadz terkenal yang sering wara-wiri di TV memasang harga dasyat sekali tayang, mereka mulai gemar diekspose dan dipuja masyarakat, akibatnya mereka menjadi pribadi ujub, maka wajar apabila sebagian generasi ustadz TV bersikap arogan. Wallohu ‘Alam.