Tak hanya menulis kitab, beliau juga mengirimkan surat pada raja-raja Mataram untuk terus berjihad melawan penjajah, tulis Adian Husaini.
Sekarang kita ke Madura. Dalam agresi militer Belanda I 1947 di Madura digelar rapat akbar. Tepatnya di Pamekasan.
Kala itu, para Kiai berkumpul merumuskan perlawanan terhadap penjajah. KH Ahmad Basyir AS mengatakan, “Selama Indonesia dijajah, agama Islam, sulit untuk tegak di Indonesia!”
Dalam pra kemerdekaan, umat Islam Indonesia membentuk badan-badan perjuangan seperti Hizbullah. Pasukan ini juga membela umat, para kiai dan santri ketika Gontor diserang PKI.
Tak cukup lusinan buku menuliskan kiprah para ulama dari pelbagai daerah di Indonesia dalam pengorbanannya untuk kemerdekaan. Tapi bagaimana kondisi usia HUT Kemerdekaan RI ke-72 sekarang? Lagi-lagi tak cukup lusinan buku memaparkan kerusakan bangsa ini, terutama paska reformasi.
Menkeu Sri pernah menyebut, setiap warga negara Indonesia menanggung beban utang Rp 13,7 juta per orang. Merdeka bagaimana?
Sepanjang tahun 2016, dalam catatan ICW, terdapat 482 kasus korupsi dengan 1.011 tersangka dan ditaksir negara mengalami kerugian sebesar Rp 1,45 triliun. Ini setahun.
Itu soal koruptor. Belum lagi soal pencucian uang dan bentuk kejahatan finansial lain. Lalu, tata kelola negara, persatuan, kesejahteraan, keadilan, proses hukum: semakin babak belur.
Belakangan, bendera Merah Putih, berlatar pamer paha, dijejali di jalan raya. Hanya diturunkan begitu saja, tanpa sanksi, dibilang seni. Sedang Ulama dijadikan tersangka, ada yang dipenjara. Merdeka seperti apa?