Oleh: Fajri
Ulama adalah pewaris para Nabi, demikian bunyi sebuah hadist yang sangat popular yang diriwayatkan oleh Abu Darda. Hadist ini merupakan salah satu hadist diantara sekian banyak ayat dan hadist lain yang memotivasi kaum muslimin untuk menjadi ulama.
Menjadi seorang ulama merupakan sebuah keharusan dan kemuliaan sebagaimana hadist yang berbunyi tuntutlah ilmu dari ayunan hingga liang lahat dan juga janji Allah yang meninggikan derajat orang-orang yang berilmu.
Disamping sebuah keharusan dan kemuliaan menjadi seorang ulama juga merupakan sebuah kebutuhan, yaitu kebutuhan kaum muslimin dalam menjalankan agama. Sepeninggalan Rasulullah ulamalah yang menggantikan posisi beliau dalam membina ummat sebagaimana sabda beliau ulama adalah pewaris para nabi.
Sepanjang sejarah islam terdapat banyak sekali ulama yang tak terhitung jumlahnya semuanya mewarisi ilmu yang mereka abadikan dalam kitab kitab mereka dan masih bisa kita manfaatkan sampai hari ini semoga Allah membalas jasa-jasa mereka semua.
Defenisi ulama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ulama adalah orang yang ahli dalam hal atau dalam pengetahuan agama Islam. Kata ulama berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari kata ‘aalim. ‘Aalim adalah isim fa’il dari kata dasar:’ilmu. Jadi ‘aalim adalah orang yang berilmu dan ‘ulama adalah orang-orang yang punya ilmu.
“Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberikan ilmu (ulama) beberapa derajat” (QS. Al-Mujadalah: 11)
Ulama (Arab:العلماء al-`Ulamā`, tunggal عالِم ʿĀlim) adalah pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupum masalah sehari hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Makna sebenarnya dalam bahasa Arab adalah ilmuwan atau peneliti, kemudian arti ulama tersebut berubah ketika diserap kedalam Bahasa Indonesia, yang maknanya adalah sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama Islam. (Wikipedia).
Jika ditelusuri defenisi ulama dari para ulama itu sendiri kita akan menemukan beragam pengetian ulama diantaranya sebagai berikut:
“Ulama adalah orang yang ilmunya menyampaikan mereka kepada sifat takut kepada Allah” (Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin).
“Mereka (para ulama) adalah orang-orang yang menjelaskan segala apa yang dihalalkan dan diharamkan, dan mengajak kepada kebaikan serta menafikan segala bentuk kemudharatan” (Badruddin Al-Kinani).
“Ulama ialah orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang ayat-ayat Allah, baik yang bersifat kauniyah maupun Quraniyah, dan mengantarnya kepada pengetahuan tentang kebenaran Allah, takwa, dan khasysyah (takut) kepada-Nya” (M. Quraish Shihab)
“Karakteristik esensial ulama adalah iman, ilmu, dan amal, yang semuanya amat mendalam, berbeda dengan orang biasa, serta mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari masyarakat secara kultural” (Mastuhu).
Karakteristik ulama
Tidak semua ulama baik, dalam dunia keilmuan islam dikenal istilah ulama suuk yaitu ulama jahat yang cinta dunia, ulama yang ilmunya tidak memberikan effect khasyah kepada Allah, ulama yang tidak membangun jamaah, ulama yang lahir dari hasil didikan para yahudi kristen liberalis barat yang kerjanya mengutak-atik keontetikan nash-nash syar’i.
Keberadaan ulama suuk ini bukanlah sesuatu yang mengada-ngada, akan tetapi keberadaannya memang benar benar ada ditengah kehidupan kaum muslimin. Keberadaan ulama suuk ditengah kaum muslimin sering kali menyesatkan ummat dari ajaran islam yang sebenarnya dengan statemen dan pendapatnya yang ngawur serta sering kali mengaburkan maksud dan tujuan dari nash-nash syar’i. perkara perkara yang sudah jelas status hukumnya dalam tinjauan syari’at islam oleh ulama suuk ini dengan segenap kesombongan intelektualitasnya diramu diolah dan digoreng sedemikian rupa hingga merusak tatanan agama islam yang sudah paripurna ini.
Ada pula ulama suuk yang yang selalu bersama setannya dalam dunia mistik, ulama suuk ini model ini tidak terlalu menggeluti dunia ilmiah, akan tetapi yang ia geluti adalah dunia mistik kebatinan, riwayat hidupnya dipenuhi oleh cerita ngawur tak masuk akal, seperti kebal, bisa menghilang, mengetahui perkara-perkara gaib, sudah bebas dari kewajiban syari’at karena sudah mencapai tingkat ma’rifat tidak perlu lagi sholat, puasa dan kewaiban-kewaiban lain, dan banyak dongeng-dongeng lain yang sungguh tak bisa diterima akal.
Prilaku ulama suuk sungguh sangat bertolak belakang dengan ulama rabbany pewaris para nabi harapan kaum muslimin. Kehidupan ulama rabbany dihiasi dengan ketekunan, kesungguhan dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya. Ulama rabbany senantiasa menghiasi hidupnya dengan khasyah kepada Allah selalu menjaga lisannya dari kata-kata kotor, ulama rabbany selalu dan senantiasa berusaha untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah dengan beribadah secara sungguh-sungguh. Ulama rabbany juga selalu dan senantiasa berusaha meningkatkan kapasitas keilmuannya dengan belajar, membaca dan bertanya kepada yang lebih ahli. Ulama rabbany senantiasa menulis setiap ilmu yang dia peroleh hingga lahirlah kitab-kitab karangan mereka yang bermanfaat bagi kaum muslimin sampai hari ini, Ulama rabbany sangat berhati-hati dan selalu mengharapkan bimbingan Allah dalam setiap statemen atau pendapat maupun fatwa yang akan dikeluarkannya.
Mari kita telaah kembali jejak kehidupan para ulama rabbany dalam literature-literatur khazanah keislaman, sungguh kita akan mendapatkan hikmah dan mauizhoh yang besar manfaaatnya bagi kehidupan kita. Dimana hikmah dan mauizhoh itu tidak akan kita temukan dalam jejak kehidupan ulama suuk, akankah kita mendapatkan cerita-cerita mistik tak masuk akal tersebut dalam sejarah hidup ulama rabbany masa lalu seperti imam-imam mazhab atau muhaddisin? Jawabannya tentu saja tidak!!!
Sesungguhnya ulama suuk itu bukanlah ulama pewaris para nabi harapan kaum muslimin, akan tetapi karena kebodohan yang masih menyelimuti kaum muslimin hingga tertipulah kaum muslimin dengan kamuflase ulama suuk. Sesungguhnya ulama rabbanylah yang Allah maksud dalam firmanNya sesungguhnya hamba Allah yang takut kepada Allah adalah para ulama dan juga yang dimaksudkan oleh Rasul صلى الله عليه وسلم dalam hadistnya ulama adalah pewaris para nabi. Wallahu a’lam bissowab. Semoga bermanfaat.