Dari sisi ini saya melihat tuan Presiden, tampaknya tidak memiliki “Sense Of Crisis”, atau kepekaan yang dalam atas tragedi memilukan yang dialami publik dinegari ini. Meski bencana yang terjadi di sejumlah daerah tersebut bukan masuk kategori bencana nasional, tetap saja itu menjadi catatan buruk bahwa rezim ini sama sekali tidak memiliki kepedulian sosial yang tinggi terhadap masyarakat.
Selain tidak adanya sense of crisis dari tuan presiden, beberapa waktu yang lalu beredar sebuah video adanya korban gempa yang diberikan bantuan makanan ternak oleh pendukung tuan presiden. Dari situ saja terkesan kalau tuan presiden dan pendukungnya lebih memprioritaskan korban hewan kelaparan ketimbang jatuhnya korban jiwa manusia.
Kalau benar apa yang di ceritakan dalam video itu dan tidak adanya bantahan dari Tuan Presiden dan Para Relawan Tuan Presiden? Itu sama artinya tuan sedang mentertawakan nasib korban tragedi gempa di lombok sana. Atau memang sengaja melakukan hal hal pembiaran tersebut untuk tujuan pencitraan jilid dua di masa pencapresan nanti.
Kembali ke video freestyler Presiden di acara opening seremony asian games, Presiden tampak terlihat bahagia dengan adanya stuntman (peran pengganti). Hal tersebut bisa bermakna kalau selama ini *”Peran Penggantilah”*, yang paling berperan dalam pemerintahan saat ini, dan bukan peran presiden jokowi yang paling punya pengaruh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai sesama anak bangsa saya hanya bisa memberi nasihat, kepada yang mulia Tuan Presiden agar tidak *”Over Dosis Pencitraan”*, karena rakyat sudah jenuh dan dalam kondisi yang lemah akibat banyak kebijakan Tuan Presiden yang jauh dari pesan kerakyatan, karena lebih pro kepada kelompok Neolib.
Sebaiknya Presiden Jokowi membuat program yang real di sisa akhir masa jabatan ini, bukan terus menerus melakukan pencitraan yang hanya menjadi bahan tertawaan publik. Politik pencitraan sudah gak zaman diera rovulusi digital, karena rakyat tercerdaskan oleh sosial media, dan mencerdaskan kehidupan berbangsa serta bernegara selayaknya menjadi tugas negara bukan tugas sosial media.