4. Haidar Bagir dan Tuduhan Tahrif Al Qur’an
- Berisi tuduhan seputar adanya TAHRIF Al Qur’an (perubahan teks dari aslinya).
bahwa mulanya Surat Al Ahzab itu dibaca 200 ayat. Namun kemudian hanya tersisa hanya 73 ayat saja (atau hilang sekitar 127 ayat). tulisan opini di Republika, edisi 27 Januari 2012, Dr. Haidar Bagir menulis artikel berjudul, “Sekali Lagi, Syiah dan Kerukunan Umat
Lalu bagaimana menjawab pendapat seperti di atas?
Adanya satu atau dua riwayat yang mengatakan ini dan itu, di luar pemahaman mainstream para ulama, tidak boleh langsung diterima begitu saja. Harus dilakukan tash-hih (penshahihan) dulu, apakah riwayat tersebut shahih atau tidak. Riwayat-riwayat yang mengatakan telah terjadi perubahan pada Al Qur’an, rata-rata tidak diterima. Karena alasannya: (a) Bertentangan dengan Surat Al Hijr ayat 9, bahwa Allah yang menurunkan Al Qur’an dan Dia pula yang menjaganya; (b) Bertentangan dengan riwayat-riwayat yang lebih kuat, bahwa Al Qur’an itu sempurna, tidak mengalami perubahan; (c) Bertentangan dengan Ijma’ kaum Muslimin sejak masa Rasulullah dan para Shahabat, sampai hari ini. Dengan alasan itu, maka dari sisi telaah Dirayah (substansi hadits), hadits-hadits yang menjelaskan adanya Tahrif itu tertolak. Dalam ilmu hadits, sebuah hadits yang bertentangan secara pasti dengan riwayat-riwayat yang lebih kuat, ia tertolak. “.[Abahnya Aisyah, Fathimah, Khadijah].
Syiah Mengusung Kemusyrikan
نور الدين الجزائري المالكي
http://www.alrad.net/hiwar/imam/3.htm
Ayat yang maknanya diselewengkan syiah itu bunyinya sebagai berikut:
{وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الأعراف: 180]
- Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan
[Al A’raf180]
Dalam kitab syiah:
عن أبي عبد الله (ع) في قول الله عز وجل: “ولله الأسماء الحسنى فادعوه بها” قال: نحن والله الأسماء الحسنى التي لا يقبل الله من العباد عملا إلا بمعرفتنا. (كتاب الكافي الجزء 1 صفحة 143 باب النوادر)
Dalam hal firman Alah ‘Azza wa Jalla: Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu Abu Abdillah as berkata: Kami (imam-imam syiah) wallahi adalah nama-nama indah Allah yang Allah tidak menerima amal hamba-hamba kecuali berdasarkan pengetahuan kami. (Kitab Al-Kafi juz 1 hlmn 143).
Dalam rujukan Sunni dapat dibaca: Ibnu Juraij menuturkan dari Mujahid tentang firmanNya: dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya; ia mengatakan, mereka menjadikan nama Laata dari lafal “Allah”, dan Uzza dari lafal al-‘Aziz. (Tafsir At-Thabari 13/283).
Ternyata syiah justru asmaaul husna seluruhnya yang hanya milik Allah Ta’ala itu diambil alih dimaksudkan maknanya adalah imam-imam syiah, bahkan dengan sumpah, dan diri para imam itu jadi syarat direrimanya amal para hamba.
Tapi di kitab syiah:
نحن والله الأسماء الحسنى التي لا يقبل الله من العباد عملا إلا بمعرفتنا. (كتاب الكافي الجزء 1 صفحة 143 باب النوادر)
Kami (imam-imam syiah) wallahi adalah nama-nama indah Allah yang Allah tidak menerima amal hamba-hamba kecuali berdasarkan pengetahuan kami. (Kitab Al-Kafi juz 1 hlmn 143).
Dengan demikian, orang musyrikin jahiliyah menyelewengkan Asmaaul Husna dengan menyematkan untuk nama berhala dengan diubah sedikit ucapannya, sedang syiah langsung mengambil keseluruhan Asmaaul Husna diklaim maknanya adalah imam-imam syiah. Padahal nama-nama indah itu hanya milik Allah, menunjukkan sifat kesempurnaanNya, indah tanpa cela tanpa kekurangan. Sehingga ketika berdo’a agar disebutkan. Misalnya
فيقول الداعي مثلا اللهم اغفر لي وارحمني، إنك أنت الغفور الرحيم، وتب عَلَيَّ يا تواب، وارزقني يا رزاق، والطف بي يا لطيف ونحو ذلك. تفسير السعدي = تيسير الكريم الرحمن (ص: 310)
Orang yang berdoa berkata, misalnya: Ya Allah ampunilah aku dan sayangilah aku, sesungguhnya Engka Maha Pengampun dan Maha Penyayang, dan terimalah taubatku wahai Yang Maha menerima taubat, dan berilah aku rizqi wahai Dzat Yang Maha Memberi rizqi, dan lemah lembutilah aku wahai Dzat yang Maha Lemah Lembut. (Tafsir As-Sa’di, penjelasan ayat 180 Suart Al-A’raf).