Oleh : Ammylia Rostikasari, S.S
Kabar Syi’ah menjamur di nusantara bukan hanya isapan jempol belaka. Akhir-akhir ini pun Balikpapan yang kaya akan minyak itu tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan segerombolan imigran. Mereka mengaku datang dari Afganistan, tetapi gerak-geriknya lebih menunjukkan asal Iran. Alibinya, mereka datang untuk misi suaka. Namun yang menjadi tendensi, postur tubuh mereka tinggi besar laksana tentara. Mereka pun berkeahlian dalam olah raga dan bela diri.(www.gensyiah.com).Bukan hanya itu, jejak Syi’ah semakin bertapak dengan adanya stasiun lokal Balikpapan berbasis syiah. Hal demikian menimbulkan keresahan sebagian masyarakat. Karena Nusantara digempur ajaran yang sebenarnya bukan berasal dari Islam.
Syiah Menyimpang dari mananya?
Sebagian masyarakat masih terkelabui dengan ajaran Syi’ah. Hal tersebut karena sebagian ritual yang mereka jalani meyerupai Islam. Mereka berwudhu, sholat, juga terlihat mengaji Al-Quran. Namun, ketika amati lebih dekat, maka akan didapati aspek-aspek penyimpangan yang dimiliki aliran syiah adalah demikian.
Pertama, Syiah sangsi terhadap orisinilitas Al-Quran. Ulama Syiah seperti Al-Mufid dalam kitab Awail al-Maqalat (hlm 80-81), menyatakan bahwa Al-Quran yang ada sekarang telah mengalami distorsi, penambahan dan pengurangan. Nauzubillah, sungguh terlihat penyimpangannya, padahal Allah telah berjanji menjaga kemurnian Kitabullah (Q.S. Al-Hijr: 9).
Kedua, Syiah salah mengartikan Ahlul Bayt dan terang-terangan mengkafirkan sahabat Rasulullah. Mash’ab Al-Zubairi menyimpulkan bahwa Ruqayah dan Ummu Kultsum, istri Khalifah Utsman bukanlah putri Nabi Muhammad Saw. Selain itu, Khumaini menyatakan bahwa Aisyah, Thalhah, Zubair, Mua’wiyah dan sejenisnya meskipun secara lahiriyah tidak najis, tapi mereka lebih buruk dan menjijikkan dari anjing dan babi. Bahkan mereka memanjatkan doa yang berisi pelaknatan terhadap parasahabat dalam doa dua berhala. Astagfirulloh, lagi-lagi mereka menistakan firman Allah (dalam At-Taubah:100),
“ Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama masuk Islam dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”.
Ketiga, Syi’ah berani mengkafirkan umat Islam. Ulama Syiah Al-Kulaini (Vol.8, hlm.227) mengatakan bahwa semua umat Islam selain Syiah adalah anak pelacur dan berhak masuk neraka. Astagfirulloh, semakin mengusap dada akan pernyataan-pernyataan ulama Syiah yang ‘nyleneh’dilontarkan. Ini semakin menyempurnakan kesesatan mereka.
“Tidaklah seorang melemparkan tuduhan kepada yang lain dengan kefasikan, dan tidak pula melemparkan tuduhan kepada yang lain dengan kekafiran, melainkan hal itu akan kembali kepadanya apabila yang dituduh ternyata tidak demikian” (HR. Bukhari No. 582)
Keempat, Syi’ah menyalahi konsep imamah. Mereka berpemahaman bahwa Imam Syiah memiliki derajat lebih tinggi dari nabi dan rasul. Menurut jumhur ulama Syi’ah, percaya kepada Imamah adalah satu di antara pokok agama. Jika seseorang yang tidak mengakui imamah/ wilayah Ali dan keturunannya maka dia kafir kepada Allah. Sementara Allah berfirman (dalam Q.S. Al-An’am:86), “Masing-masing para rasul itu kami lebihkan derajatnya di atas semesta alam.”
Kelima, Syiah menghalalkan nikah mut’ah. Mereka mengangap mut’ahsebagai aktivitas yang akan mendatangkan banyak pahala.
Ide Kebebasan Menyuburkan Paham Menyimpang
Indonesia merupakan negara yang mengadopsi 4 freedom. Ini tiada lain sebagai senjata pamungkas demokrasi. Adanya kebebasan beragama (freedom of religion), keberasan berperilaku (freedom af act), kebebasan berpendapat (freedom of speech) dan kebebasan kepemilikan (freedom of ownership) menjadikan peluang seluas-luasnya untuk menjerumuskan umat pada keterpurukan. Banyaknya paham dan perilaku menyimpang tidak lain sebagai buah pahit paham kebebasan, tak terkecuali dengan serangan Syi’ah yang sesat dan menyesatkan ini.
Tentulah umat ketika dipahamkan akan penyimpangan Syi’ah, mereka pun butuh pelindung yang lebih berpengaruh dari sisi penjagaan akidah. Pelindung yang tak semata-mata mengandalkan individu masing-masing , tetapi juga oleh negara. Namun, seribu kali sayang negara yang seharusnya menjadi penjaga akidah umat justru menjadi pihak yang menjerumuskan masyarakat dengan 4 freedom-nya. Oleh sebab itu, dakwah mengenai penyimpangan Syi’ah tidak cukup dilakukan oleh individu masyarakat, tetapi juga butuh mencongkel biang keroknya yang tidak lain adalah 4 freedom tersebut dan menggantinya dengan pandangan hidup yang sahih.
Kembali kepada hukum yang berdasarkan Al-Quran dan As-Sunah merupakan keniscayaan. Karena asas negara dan institusi negaralah yang yang akan mampu mengoptimalkan penjagaan akidah umat, lewat pengembanan dakwahnya, jihadnya, serta penerapan sanksi pada pelakunya.Seperti, yang telah dicontohkan Rasulullah dan para khulafaurrasydin. Nanhu nurid khilafah islamiyah ala minhaji nubuwwah Wallohualam bi’showab.
Referensi: Tim Penulis MUI Pusat. 2013. Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia.