Lalu adakah aktivitas lain yang mengalahkan kemuliaan bertahajud dan bersholawat di penghujung waktu tersebut? Dan Anda dengan sikap seakan paling bijak serta demokratis menganggap perbuatan tersebut negatif.
Lalu di tengah kecurangan KPU yang terstruktur, sistematis dan massiv, dengan menghalalkan segala cara untuk memenangkan 01, manakala umat sedang berjuang untuk mendapatkan haknya, menjaga amanah suaranya yang dititipkan kepada 02, kembali Anda mengambil sikap yang berseberangan, dengan cara mengutus putra Anda menemui presiden merangkap capres 01.
Dengan terang-terangan Anda menunjukkan keberpihakan kepada 01, menghormati kecurangan dan memberi selamat kepada 01 yang kemenangannya sangat diragukan.
Anda berkoalisi di 02, tetapi berharap jabatan dari 01. Anda melupakan kedaulatan yang sesungguhnya ada di tangan rakyat.
Anda mencari aman, menyuruh 02 menempuh cara sesuai konstitusi untuk meneruskan sengketa pilpres ini ke MK, yang Anda pasti sudah tahu bagaimana konstitusi itu hanya dijadikan kemasan, sedangkan isinya bisa diatur sesuai kehendak penguasa.
Anda tentu sudah berpengalaman soal curang mencurangi, dan telah pula berlaku jargon bahwa sesama pelaku curang dilarang saling mengkritisi.
Terakhir, ketika Pak PS yang baru tiba dari perjalanan jauh dan memprioritaskan waktu untuk bertakziah ke kediaman Anda, berbelasungkawa atas kematian istri Anda, lalu dengan apa adanya menyampaikan kesan beliau terhadap mendiang Ibu Ani, Anda kembali mencerca beliau seakan beliau berucap tidak elok hanya karena beliau terkesan bahwa mendiang Ibu Ani memilihnya pada tahun 2014 dan 2019.