Seiring dengan berjalannya waktu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang sudah barang tentu kami selalu berharap kiranya Indonesia sebagai sebuah rumah besar dimana didalamnya terdapat 200 juta lebih ummat manusia yang hidup didalamnya dengan segala keragamannya, bisa hidup aman dan damai serta tercukupi semua kebutuhannya.
Hal tersebut bukanlah harapan yang sekedar utopia belaka, tapi didasarkan pada realitas alam yang Tuhan berikan kepada bangsa ini dengan kekayaan alam yang sangat berlimpah. Tapi pada sisi lain kita sangat tertinggal dari negara-negara tetangga dalam pemenuhan sandang, pangan, papan dan pendidikan, serta kesehatan.
Lalu dimanakah letak permasalahannya?
Menurut hemat kami, duduk masalahnya adalah pada Keadilan. Boleh lihat bagaimana kekayaan tambang kami di Pulau Gebe selama kurang lebih 30 tahun diekspoitasi, di Halmahera Bagian Timur, Utara dan Halmahera Selatan diambil tapi imbal balik bagi negeri kami belumlah sepadan, kalau dikatakan tidak berimbang.
Belum lagi sejarah panjang negeri ini dalam mendedikasikan dirinya dengan menyerahkan hartanya yang sangat berharga yaitu kedaulatan Negeri Tidore,Ternate Bacan dan Jailolo dimana didalamnya ada Papua, Seram, Kei Tanimbar dan semua pulau Halmahera.
Dalam kalimat lain kita hidup di atas kekayaan tambang,minyak dan rempah rempah, tapi jalan kehidupan memberikan ruang pada kita seperti berada tidak di rumah sendiri.
Maka izinkanlah kami pada HARI yang berbahagia ini mengingatkan kepada Bapak Presiden untuk dapat membuat kami seperti berada di rumah kami sendiri, agar kami dapat berkewajiban untuk merawat negeri yang kami cintai ini, Indonesia Tercinta.
Otonomi Khusus bagi kami adalah bentuk paling elok, indah dan berkeadilan dalam meneguhkan sikap kami menjadikan NKRI harga mati.
Indonesiaku sampai akhir menutup mata. (Rmol)