Bahkan di dalam ruangan pun kadang “pengawas” masuk menjaga. Kami semua “dijaga” bahkan ke toilet pun kami “didampingi”. “Pendampingan” seperti ini bernah saya rasakan saat transit di San Fransisco AS menuju Kolumbia karena tidak punya visa AS maka selalu “didampingi” selama di Bandara.
5. Para saksi menunggu giliran sejak pagi. Alhamdulillahirrabbil”alamiin para saksi disaat menunggu giliran mereka dzikir, ngaji Al-Quran (banyak saksi yg membawa Al-Qur”an).
6. Latar belakang para saksi betul-betul membuat terharu. Ada mahasiswa dari Semarang yang besoknya harus ujian skripsi dan sedang sakit. Semua memberikan semangat bahwa Allah akan memberikan pertolongan, bahkan gantian memijit.
Usai menjadi saksi terpaksa pulang dengan mobil karena tiket yang sudah dipesan hangus karena tidak cocok waktu dengan saat dia bersaksi.
Ada seorang Ibu yang anaknya sedang kecelakaan dan infonya luka parah tapi tidak bisa komunikasi karena semua komunikasi harus ditutup dan Ibu tersebut selalu pasrah bahwa Allah akan menolong dia dan anaknya – tidak terlihat rasa gundah.
8. Waktu sholat adalah yang ditunggu-tunggu karena akan masuk ke ruangan yang lebih besar. Saat mau sholat semua dikumpulkan lalu digiring ke tempat solat, selesai solat wajib kembali ke ruang isolasi.
9. Makanan dan minuman mencari sendiri, sementara di lokasi tidak tersedia penjual makanan.