Ya Allah, ternyata “X” sedang mengayun-ayunkan pisau dan mencoba menusuk istri dan anak saya. Sepertinya saat di toilet dia memanfaatkan kesempatan untuk mempersiapkan pisau yang dia bawa. Istri saya berusaha melawan dan berhasil memegang tangan kanan “X” yang memegang pisau.
Melihat situasi itu, saya pun berupaya untuk menolong istri dan anak saya dengan ikut memegang tangan kanan “X”, namun “X” berhasil memberontak dan melepaskan diri sambil menyerang membabi-buta. Saya dan istri jatuh terkapar akibat sabetan pisau “X”.
Saya terluka di bawah ketiak, sedangkan istri saya mengalami luka di dada dan di punggung, sementara anak perempuan saya yang saat itu juga mengalami luka tusuk di perut berhasil keluar rumah dengan tertatih-tatih sambil memegang luka tusuk di perutnya sambil berteriak meminta pertolongan warga.
Namun saat itu tidak seorang pun warga yang berada di luar dan mendengar permintaan tolong itu.
Tidak lama kemudian, beberapa warga yang mendengar teriakan permintaan tolong berdatangan untuk memberikan pertolongan. Anak perempuan saya yang saat itu berhasil keluar dan berteriak meminta pertolongan akhirnya jatuh terkapar tidak sadarkan diri akibat luka tusukan dan pendarahan hebat sehingga oleh warga dievakuasi ke Rumah Sakit Advent Bandung.
Sementara “X” yang mulai panik melihat massa sudah berkumpul di halaman rumah langsung menyekap dan menyandera cucu saya di pintu utama dengan menempelkan pisau di lehernya dan mengancam warga agar tidak coba-coba mendekat atau memaksa masuk. Saya dan istri tidak bisa berbuat apa-apa karena terkena sabetan dan tusukan pisau sehingga hanya bisa pasrah sambil berdoa dan berharap warga masyarakat yang datang bisa menolong kami.
Warga yang sudah berkumpul tidak bisa berbuat banyak dengan lebih mempertimbangakan keselamatan cucu saya yang disandera. Tidak berselang lama, datang seorang anggota TNI dengan membawa parang panjang yang dijemput dan dibonceng dengan sepeda motor oleh Bapak Rahmat yang kebetulan menjabat sebagai ketua RW sentempat yang saat melihat kejadian berinisiatif datang meminta pertolongan ke asrama Secapaad yang tidak terlalu jauh dari lokasi kejadian.
Dan secara kebetulan ada beberapa orang anggota TNI yang sedang merapikan ranting-ranting pohon di dalam asrama. Melihat anggota TNI datang, “X” bertambah panik dan melepaskan cucu saya sambil berlari ke arah pintu belakang untuk meloloskan diri dari kepungan warga.
Tanpa keraguan saya melihat anggota TNI yang kemudian diketahui bernama bapak Sertu Ruslan Buton masuk menyusul dan mengejar “X” diikuti oleh Pak Rahmat dan beberapa warga. Dengan sisa tenaga sambil menahan rasa sakit akibat luka tusuk dibawah ketiak, saya sempat menunjukan arah pintu belakang kepada bapak Sertu Ruslan Buton. Nasib sial bagi “X”, yang berniat kabur meloloskan diri akhirnya terperangkap di semak-semak yang merupakan area sempit dan buntu yang terhalang tembok dan kawat duri.
Dengan sigap Bapak Sertu Ruslan Buton langsung menempelkan parang di lehernya sambil membentak dan berteriak ‘jangan bergerak kalau tidak lehermu saya potong’. “X” pun tidak bisa berbuat banyak hanya mengangkat kedua tangan sebagai tanda menyerah, namun tanpa diduga “X” ternyata berniat untuk melakukan perlawanan kepada Bapak Sertu Ruslan Buton dengan mencabut pisau rencong yang terselip di pinggangnya, namun lagi-lagi Bapak Sertu Ruslan Buton lebih reflek dengan menendang tangannya sehingga pisau rencongnya terjatuh dan kembali parang ditempelkan di leher “X”.
Sontak salah seorang warga mengamankan pisau rencong milik “X” yang jatuh dan beberapa warga lain yang ikut mengejar melampiaskan kekesalannya dengan memukul dan menendang “X”. Namun dengan kesigapan Bapak Sertu Ruslan Buton, “X” berhasil diselamatkan dari amukan massa dan dibawa ke asrama Secapaad, dan selanjutnya Bapak Sertu Ruslan Buton menelepon Polsek Cidadap untuk menjemput dan memproses “X” secara hukum.