Eramuslim.com – PERISTIWA itu terjadi sekira tahun 2004 silam di tempat tinggal kami Jalan Kapten Tendean nomor 10 Hegarmanah Bandung, yang merupakan perumahan pemerintah di bawah pengelolaan sekretariat negara.
Suatu hari saya kedatangan tamu yang mengaku teman SMP anak perempuan saya yang saat itu tinggal di Denpasar. Sebut saja namanya “X” yang ingin meminjam uang dengan alasan dompetnya hilang, sedangkan dia harus ke Surabaya untuk suatu keperluan.
Meskipun saya tahu manuver seperti ini sudah sangat umum dipergunakan oleh beberapa orang untuk mendapatkan uang secara instan, namun saya tetap memberinya.
Selang satu minggu setelah itu, “X” datang lagi untuk menemui saya. Saat itu saya baru saja datang dari pasar mengantar istri saya belanja keperluan sehari-hari. Saya mengira dia akan mengembalikan utangnya yang dipinjam seminggu lalu sehingga saya mempersilakan dia masuk tanpa ada kecurigaan sedikitpun.
Di dalam rumah, ada anak perempuan saya yang bungsu bersama anak perempuannya yang baru berumur 2 tahun. Ketika itu “X” minta permisi ke toilet sementara saya masuk ke kamar untuk berganti pakaian. Tiba-tiba saya mendengar teriakan keras istri dan anak saya. Saya segera bergegas keluar untuk mengetahui apa yang terjadi.