Membaca artikel berjudul “Koalisi Baru dan Nasib PKS” di rubrik Analisa yang ditulis (baca dianalisis) oleh seseorang yang berinisial M membuat saya merasa prihatin dan membuat dada terasa sesak.
Bagaimana tidak dalam sebuah rubrik yang bernama analisa dimuat tulisan yang tidak mengandung analisa sama sekali kecuali mengutip analisa seorang pengamat politik dan lebih fatal lagi paragraf terakhir yang biasanya berisikan kesimpulan berisikan tulisan yang amat sangat dangkal, tidak ada hubungannya sama sekali dengan “analisa” yang tertulis di paragraph-paragraf sebelumnya.
Berikut ini kutipan lengkap paragraf terakhir
"Tapi, kedatipun konstalasi politik yang sudah tidak ramah bagi PKS, partai ‘dakwah’ itu, tak akan lari dari SBY, karena mereka lebih cinta kepada kekuasaan."
Kalau kita baca ulang “analisis” di paragraph-paragraf sebelumnya tidak diuraikan bukti-bukti yang mendukung kesimpulan bahwa pihak yang dijadikan subyek analisa (dalam hal ini PKS) lebih cinta kepada kekuasaan. Tidak diuraikan pula tanda-tanda atau ciri-ciri orang atau organisasi yang lebih cinta kepada kekuasaan. Suatu hal yang sangat aneh bagaimana bisa sebuah media yang mengklaim sebagai Media Islam Rujukan memuat artikel tanpa rujukan yang jelas.
Oleh sebab itu kemudian menjadi terasa sangat absurd ketika penganalisa menyimpulkan atau memvonis suatu organisasi tanpa menguraikan bukti-bukti, ciri-ciri dan tolok ukur yang dapat dipakai untuk sampai pada kesimpulan tersebut.
Perlu ditambahkan di sini definisi analisa adalah menguraikan topik atau masalah yang rumit menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang topik atau masalah tersebut.
PKS adalah organisasi politik yang resmi terdaftar di Depkumham dan sebuah partai yang berhasil mendudukan wakilnya di perlemen sehingga tidak ada larangan untuk mengkritisinya seluruh sepak terjangnya.
Menurut saya jika ingin membahas mengenai sepak terjang PKS sangat mudah sekali, bukankah PKS telah mengeluarkan buku yang berjudul Memperjuangkan Masyarakat Madani yang berisikan mulai dari AD/ART sampai platform perjuangan PKS. Buku tersebut bisa dijadikan tolok ukur untuk menganalisa PKS.
Setelah menguraikan apa saja platform PKS kemudian bandingkan dengan apa yang dilakukan PKS baik di parlemen, pemerintahan dan di tengah-tengah masyarakat maka akan bisa dilihat adakah penyimpangan dari yang tertulis di platform tersebut. Bahkan jika perlu Eramuslim dapat mengundang pakar di bidang masing-masing untuk menilai platform dan penerapannya.
Untuk selanjutnya diharapkan di masa datang Eramuslim dapat menampilkan real analysis untuk seluruh tulisan bukan analisa yang ditulis berdasarkan prasangka semata tanpa menguraikan bukti-bukti, ciri-ciri dan tolok ukur yang dipakai untuk sampai pada suatu kesimpulan. Jika itu sudah terjadi maka Eramuslim layak menjadi Media Islam Rujukan.
(Teddie Harjadi, [email protected])