Ahok yang sering digambarkan oleh berbagai lembaga survei memiliki kepuasaan sangat tinggi, elektabilitas sangat tinggi, dibuat termehek-mehek. Ahok kalah telak dengan selisih suara yang sangat besar.
Bisa dibayangkan bila kekuatan dan semangat Aksi 212 bisa tetap terjaga dan dikapitalisasi menuju pilkada serentak 2018 dan Pilpres 2019. Siapapun kandidat baik pada pilbup, pilgub, maupun pilpres yang berada pada satu kubu dengan Ahok, didukung oleh kekuatan dana dan partai politik yang sama dengan Ahok, wajib merasa khawatir.
*Ketiga*, reuni 212 menunjukkan GNPF telah menjadi pressure group yang kekuatannya melampaui partai politik manapun.
Sepanjang sejarah Republik ini berdiri, belum pernah ada parpol maupun ormas yang bisa mengumpulkan massa sebesar Aksi 212. Dahsyatnya, kemampuan itu bisa diulang lagi dalam sebuah reuni.
GNPF menjadi sebuah muara yang menampung berbagai aliran sungai kepentingan politik di kalangan umat.
*Keempat,* tampaknya ini yang paling penting dan menjadi roh dari Aksi 212, maupun reuninya, adanya kesadaran bersama sebagai kekuatan terbesar, sudah waktunya umat Islam bangkit merebut kekuasaan ekonomi, politik, sosial, budaya melalui jalur konstitusional.
Semua itu hanya bisa dilakukan bila mereka bersatu padu, menghimpun kekuatan, tanpa memandang perbedaan-perbedaan kecil yang selama ini sering diributkan.
Setidaknya empat alasan itulah yang tampaknya membuat banyak kalangan khawatir melihat elemen Aksi 212 berkumpul kembali dalam sebuah reuni akbar. Sebuah reuni yang akan selalu ditunggu-tunggu sebagai sebuah event tahunan yang bikin kangen.
End
3/12/17