Dari Cikeusik hingga Temanggung, seolah-olah telinga mendengar sabda Nabi SAW :
Senantiasa ada segolongan dari umatku yang berperang di atas kebenaran selalu menang hingga hari kiamat. (HR. Muslim)
Saatku tengadahkan wajah ke langit seolah-olah ayat Allah SWT terpampang jelas.
“Hendaknya ada dari kalian sekelompok ummat yang menyerukan kepada kebaikan dan memerintahkan untuk melaksanakan perkaya yang layak dan mencegah dari keburukan dan mereka itulah yang menang.” (QS. Al-Imran [2] : 104)
Di sana, di antara Cikeusik dan Temanggung ada tiga inti dasar Islam di wajah mereka. Cinta, benci dan loyalitas menjadi satu, sebuah harga diri yang bangkit karena pertanyaan, "siapakah yang berani mengaku Nabi setelah Nabi SAW dan siapa pula yang berani melecehkan kesucian Dien ini?"
Di video yang ku tonton saat kulihat mereka meneriakkan takbir, aku merasa inilah lagu termedu dan syair terindah yang pernah aku dengar.
Bila ada sikap berlebihan dalam menganiaya musuh Allah dan Rasul-Nya, yang patut disalahkan adalah ulama, karena ulama tidak pernah mengajarkan kepada mereka bagaimana memperlakukan bangkai manusia yang sudah tak bernyawa. Bila ada kekerasan disana yang patut disalahkan adalah penguasa yang tak jua mendengar rintihan jiwa karena Nabi -SAW- mereka dihina.
Tidak sepatutnya kaum Muslimin mencerca mereka karena sebuah bangkai penoda agama, nasehat yang sejuk seperti air terjun yang sepatutnya mereka terima.
Beralih kita ke Temanggung, kota kecil yang punya harga diri, dada siapa yang tak marah bila hajar aswad adalah vagina wanita, telinga siapa yang tak merah bila Ka’bah yang mulia digambarkan sebagai alat kelamin. Ini adalah pelajaran dan peringatan bagi siapa saja yang hendak mengulangi menebar benih kebencian terhadap Islam dan penganutnya.
Sedang Allah SWT tetap :
Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya. (QS. Al-Isra [17] : 43 )
Hanif Abdullah ([email protected])
sedang berjuang menjadi manusia seutuhnya.