Pertanyaan-pertanyaan ini akan dibuktikan Jumat besok. Ini sekaligus untuk mengukur, pertama, kemampuan para pengikut dan pendukung HRS dalam melakukan konsolidasi massa.
Kedua, mengukur seberapa besar keprihatinan dan empati rakyat terhadap penembakan yang mengakibatkan kematian enam anak muda di KM 50 itu.
Banyak pihak yang melihat bahwa ini bukan soal HRS dan FPI, tapi ini soal kemanusiaan. Soal enam anak muda mati yang dada kirinya tertembus dua hingga tiga peluru.
Sehingga tokoh seperti Prof Azyumardi Azra dan Natalius Pigai ikut lantang bicara.
Seberapa besar massa yang akan hadir di depan Istana, jutaan sekalipun, diharapkan tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes), dan tidak ada tindakan anarkis. Tidak boleh terpancing provokator yang biasanya memang sengaja hadir untuk memperkeruh suasana.
Negara ini negara hukum, maka aturan mesti dipatuhi dan keadilan harus ditegakkan. Untuk dan kepada siapapun.
(Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)