Hari ini merupakan zaman berkembang pesatnya teknologi dan informasi, baik dari media cetak maupun elektronik yang berbentuk TV dan internet. Sehingga sangat mudah untuk mendapatkan informasi baik dari skala internasional terlebih nasional.
Berbeda dengan masa lalu yang minim dengan teknologi dan informasi. Informasi yang terus membanjiri dari berbagai media sehingga pakar komunikasi mengatakan”, hari ini adalah kebalikan dari masa lalu yang sangat minim dari informasi. sekarang informasi mudah didapat dari berbagai media”.
Namun banjirnya informasi dari berbagai media yang bukan hanya media umat islam saja, tapi juga media dikuasai oleh orang-orang yang benci terhadap islam, membuahkan berita memiliki banyak “warna”. Maka wajar jika sering sekali pemberitaan yang berat sebelah. Sikap obyektif yang selalu didahulukan oleh para jurnalistik sudah diabaikan. Sampai ada yang mengatakan, jika mau sukses dalam jurnalistik, maka lepaskanlah agama. Ini adalah sikap berlebihan yang orentasi dunia telah menguasainya.
Munculnya berbagai media yang saling bersaingan satu sama lain, sikap yang diambil oleh kaum muslimin dalam menghadapi banjir informasi tersebut adalah dengan mengambil sikap tabayyun, tidak mengambil mentah-mentah ataupun tidak membuang semuanya informasi yang mereka beritakan. Karena terkadang ada sedikit kejujuran apa yang mereka sampaikan.
Allah telah mengajarkan kepada kaum muslimin dalam kitab-Nya dalam menghadapi berita yang terus menghujani masyarakat dari manapun sumbernya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”(QS. Al-Hujurat: 6)
Dari sini Allah mengajarkan kepada kita agar berhati-hati jika ada berita yang datang dari orang-orang fasiq. Dengan mengedepankan sikap tabayyun, yaitu memverifikasi berita mereka agar tidak ada munculnya permusuhan diantara kaum muslimin.
Kita bisa bercermin pada kisah hadist ifki. Dimana tersebarnya fitnah bahwa ibunda Aisyah di isukan berzina dengan salah satu sahabat yang bernama Sofwan. Hal itu terjadi karena ibunda Aisyah tertinggal rombongan pada saat pulang dari perang Bani Musthaliq menuju Madinah.
Berita yang cepat tersebar luas di Madinah pada saat itu, ternyata bersumber dari kaum munafiq yang ingin menghancurkan kehormatan ibunda Ummul Mukminin radhiyallahu anha dan memberikan kesedihan kepada kaum muslimin. Berita itu sampai membuat sebagian para sahabat mempercayainya. Rosulullah pun merasa terpukul dan sedih mendengar berita itu.
Namun ada salah satu sahabat. Yaitu Abu Ayyub yang menunjukkan sikap husnudzhan \ atas berita yang bersumber dari para munafiq. Kala itu Abu Ayyub diberitahu oleh istrinya mengenai fitnah yang tersebar cepat layaknya api melahap padang rumput yang kering.
Kemudian beliau bertanya kepada istrinya, “apakah engkau pernah berzina?” istrinya menjawab, “ mana mungkin aku yang selalu menjaga kehormatanku berbuat zina!” suaminya berkata: “kalau kamu yang seperti ini saja sangat menjaga kehormatanmu, apalagi ibunda aisyah, yang Allah menjaga kehormatannya dan mensucikan dari tuduhan itu semua.”
Demikianlah sikap yang bijak dalam merspon berita yang belum jelas sumbernya.
Media-media sekuler hari ini berlomba-lomba untuk meninggikan rating para pembaca. Jalan yang ditempuh seringkali merugikan sebelah pihak. Memang menjadi berita hangat, tapi membuat citra buruk yang tak diinginkan.
Dalam istilah jurnalis dikatakan “good news bad news”, yaitu berita yang bagus adalah berita pencitraan buruk kepada seseorang atau suatu lembaga. dimana berita menjadi hangat yang kemudian akan banyak pendengar dan pembaca jika informasi mengenai kesalahan seseorang yang ada diatas publik. seorang politisi terjerat korupsi, tapi yang diberitakan bukan hanya kasusnya, tapi juga kehidupan yang tak ada sangkut paut pun diberitakan. seperti permasalahan poligami. berita Ini mendiskriditkan orang yang tersangkut kasus dan kejelekannya pun tersebar ke publik.
Demikian besarnya pengaruh atas berita yang mereka sebarkan. Jika tidak ada benteng islam untuk membendung itu semua, akibatnya makin banyak musibah yang menimpa disebabkan hilangnya tabayyun terhadap berita yang tiap kali datang kepada kaum muslimin.
Sekali lagi marilah kita selalu tabayyun dengan mengedepankan sikap husnudzhan atas berita-berita yang ada, terutama yang bersumber dari media sekuler. Manfaatnya agar tidak menimpakan musibah kepada seseorang karena ketiadaannya husnudzhan. Bercerminlah sebagaimana Abu Ayyub yang tidak langsung mentah-mentah menelan berita yang belum jelas sumbernya. Tapi mencari dari manakah berita itu berasal dan memverifikasi antara haq dan batil.
Wallahu a’lam
Rohmat. S, mahasiswa jurusan komunikasi islam, M. Natsir
pesona metropolitan, kota Bekasi