“Wahai muslimah…!!! Engkau lebih mulia daripada sebatang coklat, engkau jauh lebih cantik daripada sekuntum bunga mawar. Coklat itu akan basi, tapi engkau tidak. Mawar itu akan layu tapi engkau tidak. Jangan samakan hargamu dengan sebatang coklat atau setangkai mawar merah, karena engkau jauh lebih mulia di hadapan Islam”, kata-kata itulah yang menggerakkan PD PII Kota Bekasi untuk menyelamatkan dan menyadarkan wanita-wanita seluruh dunia yang kebanyakan menjadi korban abmoral di hari Valentine.
Mirza Hayati, departemen ta’lim Pengurus Besar (PB) PII menuturkan, “Cinta yang tulus tak sebanding dengan sebatang coklat, bunga atau boneka”.
Saat engkau merayakan Valentine Day dengan perbuatan yang tidak halal dan menjijikkan, perbuatan yang engkau sendiri akan malu jika diketahui oleh orang tuanmu (apalagi oleh Allah), maka ketahuilah bahwa penderitaanmu sudah memasuki garis start.
Lelaki yang engkau serahkan kehormatanmu belum tentu dia akan menjadi pendampingmu. Saat engkau memilih lelalaki yang lain dan engkau menikah dengannya maka kejanggalan akan selalu menghantui batinmu hingga usia tua.
Bagi yang sudah menyiapkan coklat, kado, mawar dsb. Alangkah baiknya segera dibatalkan dan bertaubat. Jangan menjemput penderitaan. Atau “Kasihkan saja coklatnya ke orang tuamu, karena mereka lebih berhak mendapatkan cintamu, atau kasihkan saudaramu sebagai bentuk sedekah. Jika tidak juga, maka lebih baik makan sendiri aj. Apalagi merayakan Valentine sudah jelas-jelas haram”, komentar sipel Mas Abe pemuda Kampung Sawah.
Bagi kamu yang masih menyangka hari Valentine Day itu hari kasih sayang, mari simak ulasan Umniati Nibras Imani dari PD PII Kota Bekasi berikut: “Valentine sendiri sebenarnya merupakan perayaan hari tanpa makna. Hari kasih sayang? Duh, kasih sayang itu hari sepanjang masa. Nggak mengenal hari dan bulan. Butuh apalagi sih selain dari kasih sayang dari orang tua, saudara, teman dan lingkungan? Nanti juga ada waktunya sendiri yang halal untuk hal itu.
MIrza Hayati juga menuturkan konsep berfikir cinta terhadap orang yang dicintai, “Siapakah yang sejatinya dicintai dengan tulus? Ayah-Ibu ataukah pacar? Siapakah yang rela berpeluh keringat menafkahimu? Ayah-Ibu ataukah pacar? Siapakah yang selalu mengkhawatirkanmu saat sakit atau sedang bermasalah? Ayah-Ibu ataukah pacar? Siapakah yang pertama membantumu kala sulit? Ayah-Ibu ataukah pacarmu?”. Sudahkah mendapatkan cinta darimu? Bahagiakanlah orang tuamu sebelum engkau harus membahagiakan orang lain.
By : Nashihul Umam, Sekretaris PD PII Kota Bekasi