Acara Miss Word banyak mengalami kecaman yang di keluarkan dari berbagai pihak terutama pihak MUI ( Majlis Ulama Indonesia ). “MUI menolak Indonesia dijadikan sebagai host Miss World 2013, karena setelah ditinjau dari aspek ekonomi, agama dan budaya dinilai hanya sia-sia dan merupakan upaya mengkapitalisasi dunia,” Kata Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI, KH Muhyiddin Zunaidi saat Jumpa Pers di Gedung MUI, Jl Diponegoro No 51, Jakarta Pusat, Jumat (23/8/2013).
Kontes kecantikan ini akan dilaksanakan di Nusa Dua, Bali pada 4-15 September, dan puncak acaranya direncanakan digelar di Sentul International Convention Center (SICC) Bogor pada 28 September 2013.
Menyusul penentangan dari banyak elemen umat, pihak panitia berjanji akan menyesuaikan kontes kecantikan itu dengan budaya Indonesia. Konon, sesi penilaian menggunakan baju renang (bikini) ditiadakan. Panitia pun telah menganggap acaranya lebih “sopan” dan layak untuk diselenggarakan di negeri muslim ini.
Padahal sejatinya, apapun alasan dan bagaimanapun penyelenggaraannya, Miss World tetaplah kontes kecantikan yang menyalahi Islam. Bahkan dilihat dari berbagai sisi, ajang pamer aurat ini sesungguhnya telah menyerang Islam.
Miss World : Eksploitasi Tubuh dan Kecantikan Perempuan serta Pembodohan Publik.
Dalam sebuah Situs http://www.bbc.co.uk (5/11/2011), menyambut kontes Miss World ke-60 di London, tahun 2011, sekelompok feminis menggalang demonstrasi menentang acara tersebut. Sebuah pernyataan di situs “London Feminist Network” menyatakan, “Tidak ada tempat bagi kompetisi ini!” (the competition has no place in London in 2011). Situs feminis ini juga menegaskan: “Forty years ago feminists disrupted this sexist contest in a spectacular fashion, with chants of, ‘we’re not beautiful, we’re not ugly, we’re angry’.
Kontes Miss World itu meski di dalamnya bikini diubah dengan pakaian lain, bahkan meski dengan dalih pemberdayaan dan penggalian potensi diri, hakikatnya hanyalah kontes kecantikan mencari perempuan “tercantik” untuk kemudian dieksploitasi. Klaim penilaian 3B: Brain (kecerdasan), Beauty (kecantikan), dan Behavior (kepribadian) hakikatnya adalah pembodohan umat. Klaim penilaian yang diusung yaitu 3B tak lain adalah Beauty, Beauty, Beauty.
Lantas bagaimana peran mahasiswa sebagai tonggak generasi intelektual bangsa ini menyikapi hal tersebut? Pada dasarnya kontes kecantikan ini kental nuansa kapitalis. Dimana acara semacam ini hanya menguntungkan beberapa pihak saja, diantaranya bisnis fashion, kosmetik dan media. Kontes ini juga sekaligus ajang meliberalisasikan Indonesia sebagai Negara dengan mayoritas Muslim terbesar dunia. Apa yang terjadi di Indonesia akan menjadi cerminan bagi kaum muslim yang lain di dunia, bahkan Indonesia diarahkan agar sesuai dengan nilai-nilai kapitalisme yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai-nilai islam.
Para intelektual muda yang harusnya bergerak bersama membangun peradaban bangsa demi masa depan generasi selanjutnya justru ikut tenggelam dalam euphoria ajang kontes kecantikan ini. Mari kita cermati, tidak sedikit mahasiswi muslimah juga ikut terjebak dalam sudut pandang yang sengaja digiring oleh Barat bahwa standar cantik menurut Barat adalah perempuan yang langsing, putih, full dandan, mengikuti tren pakaian, dll. Bahkan tidak sedikit juga dari mereka yang ikut dalam kontes kecantikan dalam level lokal.
Mahasiswi muslimah sebagai mutiara intelektual Bangsa patutlah melihat bahwa hal ini tidak hanya sekedar ajang putri-putrian semata tapi juga arena pertarungan paradigma yang syarat akan liberalisasi yang menghancurkan sendi-sendi kehidupan Islam. Kaum intelektual yang harusnya memiliki cakrawala berpikir yang lebih luas dari masyarakat umum, akan mencermati bahwa fakta yang terjadi di sekeliling kita tak lain adalah agenda para kapitali untuk menjadikan wanita sebagai pangsa pasar bagi produk-produk yang mereka miliki. Mereka memahami ketika wanita dibiarkan bahkan diarahkan untuk konsumtif terhadap fashion dan kosmetik, hal ini akan menjadikan para kapitalis itu berbondong-bondong untuk memenuhi keinginan para pembeli, bahkan seringkali hal ini tanpa memandang aspek halal atau haram. Begitupun dengan media, perempuan dijadikan tontonan, alat pemanis iklan dimana perempuan berbondong-bondong pamer aurat. Hal ini akan menimbulkan efek domino bagi sebagian besar masyarakat. Opini umum ditengah masyarakat akan berkembang kearah yang diinginkan para kapitalis, bahwa perempuan yang cantik, standarnya adalah langsing, putih, tinggi dan fashionable.
Sebagai intelektual muda, selayaknya bergerak untuk mencerdaskan masyarakat akan bahaya yang terjadi dibalik suatu peristiwa. Dan memandang ada apa dibalik suatu peristiwa. Pemikiran para intelektual adalah raksaksa yang tertidur, sudah saatnya kaum intelektual bangkit bersama-sama membangun peradaban baru dengan landasan pemikiran yang shahih.
Islam Solusi Tuntas Problematika Umat
Islam telah menempatkan perempuan sebagai kehormatan yang harus dijaga, tidak boleh dieksploitasi apalagi direndahkan martabatnya. Islam menjaga perempuan dengan berbagai aturan, seperti pakaian yang syar’i (QS. Al-Ahzâb [33] : 59) dan melarangnya bertabarruj (QS. An-Nûr [24]: 60). Islam juga menjaga kehormatannya dengan perintah kepada laki-laki agar menundukkan pandangannya terhadap perempuan (QS an-Nûr [24] : 30-31).
Islam mengajarkan konsep dan pemikiran yang benar tentang hakikat perempuan dan nilai serta standar kemuliaannya. Kehormatan dan kemuliaan perempuan dalam Islam tidak diukur dengan ukuran fisik dan kecantikannya, akan tetapi dengan ketakwaannya. Allah SWT berfirman:
… إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ…
“…Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu…” (TQS. Al-Hujurat [49]:13).
Nyatalah, Miss World hanyalah kontes kecantikan yang menjadikan perempuan, tubuh dan kecantikannya sebagai “barang dagangan” di atas panggung, catwalk, majalah, koran, dan televisi. Ia juga menjadi alat promosi bagi industri komestik, fashion, dan media. Kontes kecantikan hanyalah stempel bagi legalisasi eksploitasi tubuh perempuan agar tampak elegan. Kontes Miss World itu sarat dengan eksploitasi tubuh dan kecantikan perempuan sekaligus merendahkan martabat perempuan.
Indonesia sebagai mayoritas muslim terbesar dunia, justru menerima dengan tangan terbuka acara yang melecehkan kaum perempuan pada umum nya dan muslimah khusus nya. Inilah bukti betapa lemahnya perlindungan Negara terhadap ekploitasi yang dilakukan kaum Kapitalis terhadap rakyat nya terutama kaum perempuan.
Karena semua itu, kontes Miss World harus ditolak. Di samping merupakan proyek liberalisasai budaya, melanggengkan kapitalisme, memuaskan kerakusan kapitalis, ajang Miss World juga sarat dengan eksploitasi tubuh dan kecantikan perempuan serta merendahkan harkat dan martabat perempuan.
Kemuliaan perempuan dan umat manusia hanya bisa terwujud dengan Islam dan penerapan syariah Islam secara total di bawah naungan sistem Khilafah Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian. Untuk itu, umat harus segera berjuang bahu membahu mewujudkannya.Wallâhu a’lam bi ash-shawâb.
MHTI Chapter Kampus Tanggerang