Perempuan di konteskan? Apa sih konteks kecantikan? Apa yang terbenak di hati anda saat mendengar mendengar atau pernah menyaksikan kontes wanita, tentu saja yang terbayang adalah wanita yang berlenggak lenggok diatas catwork bukan? sambil melambai lambaikan tangannya, menonjolkan keelokan tubuhnya, Polesan wajahnya, pakaiannya, rambunya, cara bicaranya, cara jalannya, cara makannya, sangat berbau eksploitasui tubuh, entah itu hasil oprasi maupun asli yang penting harus cantik sebagaimana makna kecantikan yang mereka standarkan. Taukah anda kontes kecantikan itu asalnya dari mana? tentu saja kontes kecantikan ini pasti bukan dari islam melainkan dari budaya barat , untuk pertama kalinya digelar di Amerika pada tahun 1854 , berawal dari festival yang bernama Festival Bikini Contest dimana panitia kontes kecantikan tersebut ternyata sebelumnya telah sukses menggelar kontes kecantikan anjing ,bayi dan burung, lalu kemudian di uji cobakan oleh manusia, kontes tersebut akhirnya berkembang pada tahun 1951 di inggris oleh eric morley lalu dilanjutkan oleh istrinya, sehingga muncul konsep 3b yaitu brain (kecerdasan), beauty (kecantikan), behavior (kepribadian),dari sejarah awal munculnya kontes kecantikan tersebut, sangat jelas bukanlah dari islam.
Lantas apa masalahnya dengan kontes kecantikan?
Masalahnya adalah Ajang ini dianggap sah-sah saja bagi barat namun tidak bagi kaum muslimin yang memeluk islam, budaya barat yang mengagungkan kebebasan dan mengabaikan nilai-nilai agama, sedangkan kaum muslimin mempunyai pengaturan tersendiri bagaimana menjaga kehormatan wanita, apalagi sampai mengambil keuntungan materi melalui eksploitasi wanita ini. sesungguhnya ajang ini diadakan untuk meraup untung yang sangat besar untuk bisnis tertentu seperti perusahaan kosmetika, pakaian renang, rumah mode, salon kecantikan, dan keuntungan ini diperoleh dari hasil ajang kecantikan. saat ini berkembang kedalam berbagai macam ajang seperti miss world, demikian pula pada tahun 1952 perusahaan pakaian dalam Amerika berusaha mencari cara mempromosikan produknya dengan menggelar miss universe, dimana pesertanya wajib berbusana bikini agar menarik minat pembeli pakaian dalam tersebut. Maka jelas, ajang ini menjadikan tubuh wanita beserta kecantikannya sebagai komoditas bisnis yang menguntungkan pihak-pihak tertentu. Dan sistem sekuler yang mengagungkan kebabasan dan berasaskan mafaat, hanya memperdulikan untung belaka.
Mitos kecantikan Akhirnya merusak mental dan gaya hidup perempuan.
Bagaimana tidak banyak akhirnya wanita tidak merasa puas dengan fisik yang dimiliknya. Para wanita akhirnya berlomba-lomba untuk merubah dirinya menjadi putih, langsing, hidung mancung, kaki lenjang seperti super model. Para wanita menjadi lupa dengan kodratnya, disibukan dengan memperhatikan fisik, sementara melupakan kodratnya sebagai wanita yang senantiasa menjaga kehormatannya, tidak memperhatikan bahwa wanita diwajibkan menutup auratanya dengan khimar dan menundukkan pandangannya (QS An Nur: 30-31), dan wajib mengenakan jilbab (QS Al Ahzab: 59), , tidak menambakan kencantikannya/perhisannya (tabaruj), Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128). Dalam islam, wanita muslim pada dasarnya Menjadi ratu di rumahnya. Mendidik anak-anaknya, melayani suaminya, menjaga kehormatan dan harta suaminya. Bahkan menjadikannya ratunya bidadadari surga. bahkan Islam tidak membiarkan wanita bepergian jauh (sesuai hukum tentang safar) tanpa mahromnya, Wanita muslimah selau dalam penjagaan walinya, baik itu ayahnya, saudara laki lakinya dan suaminya. Hal tersebut menunjukkan bahwa islam menjaga wanita dimana hukum Islam memuliakannya.
Indonesia tetap tidak mau ketinggalan menggelar ajang kecantikan
Tahun ini, Indonesia terpilih menjadi tuan rumah Miss Indonesia 2013. Hal ini menjadi ironis, bukankah Indonesia adalah negeri Muslim terbesar di dunia? Bahkan salah satu tempat yang dipilih untuk ajang ini adalah Kab. Bogor yang memiliki dikenal religius. Tentu ini akan menodai Ini akan menodai citra negara Indonesia, lebih dari itu ajang ini dapat meliberalkan kaum muslim di Indonesia yang mayoritas Muslim, dengan alasan, apakah itu keuntungan bisnis, seperti keuntungan pariwisata, budaya, perusahan kosmetika, siaran televisi yang menyiarkan ajang ini, tentu saja tak kalah mengambil untung yang besar sehingga ajang yang pada dasarnya mengekspoitasi wanita ini nampaknya terus berjalan walau sudah banyak pihak yang menolak. Ada sebagian orang yang beralasan bahwa kontes-kontes kecantikan yang diselenggarakan di Indonesia masih dalam batas-batas kesopanan, di antaranya peserta masih diperbolehkan untuk berjilbab, tidak diselenggarakan kontes bikini, masih menjaga adab-adab ke-Timur-an, dan seterusnya. Mereka bisa memberikan argumentasi demikian, tapi mereka lupa bagaimana sejarah kontes kecantikan ini di Indonesia. Pertama kali kontes-kontes semacam ini “hanya” untuk bertujuan untuk mencari duta wisata, kemudian tahun demi tahun berlanjut hingga akhirnya setelah kontestan dari Indonesia mengikuti kontes ini di luar negeri, wakil dari Indonesia mulai mengenakan bikini. Kemudian akhirnya, Indonesia pun menjadi lokasi dan penyelenggara kontes ini, meskipun konon tanpa bikini. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam kontes-kontes kecantikan selanjutnya. Kendatipun ada pula sejens ajang untuk perempuan juga seperti World Muslimah ,tetap tidak ada bedanya dengan Miss World. Bedanya hanya pembungkusnya saja. Paradigmanya sama,yakni mencari perempuan tercantik untuk ikon industri fashion, yang satu fashion muslim, yang satu fashion sekuler. Padahal dahulu muslimah berhijab identik dengan alim, pemalu,tidak mengekspose kecantikannya, religius, agamis. Namun setelah terjadi ¨mass brain washing”, pencucian otak massal terhadap kalangan muslimah, banyak kita dapati muslimah yang berhijab tapi pacaran, khalwat (berdua-duaan dgn lelaki non mahram), ikhtilat,tabaruj, dll. Profil wanita hijaber pun tak ada bedanya dgn profil wanita sekuler. Muslimah berhijab memang banyak, tapi pola pikirnya tak ubahnya seperti muslimah sekuler yang tak berhijab.Maka nampaklah bahwa awalnya meremehkan dosa kecil yang lama kelamaan terus menggunung dan membawa manusia menjadi celaka karnanya
Dari Sahl bin Sa’ad berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Hati-hatilah terhadap dosa-dosa kecil. Hal itu tidak ubahnya seperti sekelompok orang yang turun ke sebuah lereng gunung. Mereka masing-masing membawa sebatang ranting kayu sehingga dengan ranting-ranting kayu itu bisa mereka masak roti. Dosa-dosa kecil kapan saja di lakukan oleh seseorang ia akan menjadi celaka.” (HR Ahmad)
Demikianlah wajah sekulerisme yang memisahkan antara agama dan kehidupan, menjadikan kaum muslimin tidak menjadikan aturan islam menjadi parameter perbuatan, melainkan hawa nafsu asas manfaat dan keuntungan belaka, dengan ide kebebasannya semakin menjadikan wanita muslimah tidak pada posisi termuliakan sebagaimana Islam memuliakan wanita dengan aturannya berupa syariah, dan tidak terterapkan syariah secara kaffah (keseluruhan) tanpa adanya khilafah.
Najida
Mahasiswa UGM