Untuk ukuran jenderal yang pernah menjadi duta besar dan pernah bertugas di benua Eropa, Amerika dan Australia, idealnya Sudrajat menjadi orang yang bergelimang harta. Namun dia memilih biasa saja. Malahan Sudrajat menjadi calon gubernur termiskin dibanding para kompetitor lainnya yang secara usia lebih muda.
Bagi saya, Sudrajat pantas rasanya bila menjadi figur yang belagu dan sombong bila dilihat dari sederet prestasi dan sepak terjangnya. Tapi dia tetap menjadi pribadi yang rendah hati, pendengar yang baik saat berdiskusi, dan tidak pernah menggurui. Karakter urang Sunda pisan.
Sudrajat matang secara pemikiran, pengalaman dan kemampuan. Bisa berbahasa China, fasih berbahasa Inggris, halus saat berbahasa Sunda, dan sistematis bila berbahasa Indonesia. Dan yang pasti dia sangat mengerti ajaran ayat suci dan ajaran ayat konstitusi. Setiap diskusi dengan Sudrajat, selalu ada ilmu baru yang didapat.
Jawa Barat bukan Kota Bandung yang hanya dihuni dua juta jiwa atau Kabupaten Purwakarta yang hanya berpenduduk satu juta. Jawa Barat memiliki 46 juta jiwa dengan beragam latar belakang dan persoalan. Jawa Barat tidak pantas dikelola si “akang” yang baru kemarin sore. Jawa Barat harus dikelola oleh seorang “bapak” yang berpengalaman, bijak, arif dan tegas.
Sudrajat memang tidak jago akting seperti Deddy Mizwar. Sudrajat juga tidak eksis dan narsis di sosmed seperti Ridwan Kamil. Sudrajat selalu tampil orsinil apa adanya. Bagi dia, ketulusan dan kejujuran jauh lebih penting dari sekadar pencitraan. Terlebih, di Pilgub Jabar ini Sudrajat bukan orang yang ngebet mencalonkan, melainkan rela dicalonkan.