Oleh : Irfan S Awwas
Ditengah gelombang protes dan kemarahan umat Islam terhadap Ahok akibat menista Alqur’an surat Al Maidah ayat 51. Tiba-tiba Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri mengeluarkan pernyataan bernada pertanyaan.
Dalam sambutan pembukaan pelatihan mubaligh kebangsaan, 31 Oktober 2016, di kantor PDIP, Menteng -Jakpus, Megawati mengaku mengikuti perbincangan di medsos terkait pilkada DKI 2017. Megawati menyinggung soal pencalonan Ahok yang menuai pro dan kontra.
“Pak Ahok kenapa enggak boleh jadi gubernur? Apakah karena dia matanya sipit, agamanya non muslim? Apakah itu Indonesia?” tanya Megawati.
Sebagai pimpinan partai, ternyata yang dipahami Megawati, bahwa penolakan terhadap Ahok karena unsur SARA.
Kemarahan rakyat Muslim Indonesia sama sekali tidak ada kaitannya dengan SARA; melainkan karena Ahok telah menyalah gunakan jabatan dan wewenangnya sebagai gubernur DKI untuk menghujat Alqur’an.
Seseorang yang memusuhi agama dan menghujat kitab suci masyarakatnya, maka dia tidak pantas lagi memimpin masyarakat tersebut.
Ahok secara sadar telah menista kitab suci umat Islam, maka dia tidak berhak lagi menjadi pemimpin di tengah masyarakat yang mayoritas Muslim.
Allah Swt berfirman: “Wahai kaum mukmin, janganlah kalian mengambil jadi pemimpin orang-orang yang telah melecehkan agamamu, diantara kaum Yahudi, Nasrani, dan orang-orang musyrik. Taatlah kalian pada Allah jika kalian benar-benar beriman.” (Qs. Al Maidah, 5:57).
Pertanyaannya, mengapa yang diurus Megawati justru pencalonan Ahok sebagai gubernur, bukannya mempermasalahkan penistaan Alqur’an yang dilakukan oleh Ahok? Apakah kasus penistaan kitab suci dan permusuhannya terhadap ulama dianggap sepele? Inikah doktrin nawacita Pres. Jokowi dan didukung PDIP, membiarkan penista Alqur’an berkeliaran tanpa hukuman; sebaliknya menganggap tuntutan umat Islam sebagai pemaksaan kehendak? Ini diskriminatif!
Oleh karena itu, supaya fair Ahok harus diadili, bukan dibela membabi buta tanpa peduli aspirasi dan ketersinggungan jutaan umat Islam di negeri ini.
Demonstrasi “bela Islam lawan penista Alqur’an” yang dilakukan umat Islam tidak ada kaitannya dengan etnis mata sipit maupun pemeluk agama kafir. Tetapi menuntut orang Cina Kafir yang menista Alqur’an, supaya diadili di negara hukum NKRI. Maka bijaksana bila partai politik pengusung Ahok meninjau ulang dukungannya, jika tidak mau dianggap termasuk golongan Ahok penghujat Alqur’an yang memusuhi ulama dan umat Islam
Terhadap orang Islam, jika ingin sukses dunia dan akhirat, taatilah perintah Allah di atas, jangan pilih orang yang sudah melecehkan agamamu sebagai pemimpin. Jangan pilih Ahok jadi gubernur agar tidak termasuk golongan kafir yang menghujat Alqur’an.