Oleh: Burhan Sodiq – Penulis Buku Remaja Islami
Semua orang sangat tahu bahwa keberlangsungan dakwah ditentukan oleh generasi penerusnya. Bila tak ada generasi penerus maka yang terjadi adalah dakwah tidak akan berjalan. Dia akan mandeg di tengah jalan, tidak berkembang dan tidak jalan. Oleh karena itu memahami persoalan ini menjadi sangat penting. Bagaimana generasi sekarang mulai memerhatikan generasi penerus berikutnya. Sesiap apa mereka melanjutkan estafet perjuangan ini.
Cobalah kita tengok apa yang terjadi dengan proses penyiapan generasi ini. Hadirnya tpq dan tpa di masjid masjid kaum muslimin adalah berita gembira yang perlu diapresiasi. Mereka dengan peluh keringat tulus membina dan mengajarkan al Quran. Kadang di antara para ustad dan ustadzah tpq dan tpa itu tanpa dibayar sepeserpun. Mereka mau dan mampu mengajar anak anak kaum muslimin yang notabene masih kecil untuk belajar ngaji.
Proses ini terus berlangsung. Hingga akhirnya anak anak itu tumbuh menjadi remaja. Mereka sudah mulai enggan mengikuti TPQ dan TPA lagi. Karena mereka merasa sudah bisa mengkhatamkan iqra. Mereka merasa sudah bisa membaca al Quran, sehingga tidak perlu lagi mengikuti TPQ atau TPA. Wal hasil, tempat konsentrasi mereka berubah. Tidak lagi di masjid tetapi justru di tempat tempat hiburan. Mereka mulai sering main playstation, menonton bioskop, nongkrong di mall dan karoke.
Hilang sudah generasi muda ini. Mereka larut dengan hingar bingar hiburan yang melenakan. Mereka tidak lagi akrab dengan masjid dan tempat pertemuan keislaman. Pakaian mereka jauh dari nilai keislaman yang sopan. Akhlak mereka juga tidak mencerminkan iman yang ada di hati mereka. Mereka jauh dari Islam.
Perlu Ada Lembaga Dakwah Remaja
Hilangnya rantai dakwah inilah yang membuat kita harus berpikir bagaimana merancang sebuah lembaga semacam TPQ atau TPA tapi fokus pada penggarapan anak muda dan remaja. Lembaga itu nantinya akan berfokus pada pendidikan agama lanjutan pasca TPQ atau TPA. Materinya bisa soal akidah, akhlak dan banyak hal lain. Harapannya dengan lembaga ini anak muda masih bisa diikat dalam masjid. Karena remaja masjid di masing masing masjid memiliki kualitas yang beda beda.
Remaja masjid yang ada sekarang ini kurang mampu memanaje dirinya dengan baik. Ada komunitas remaja masjid yang solid dan didukung takmir secara intensif. Tetapi yang ada di lapangan justru sebaliknya, sebagian besar remaja masjid kebingungan harus mengisi kegiatan mereka dengan apa.
Maka perlu kiranya para alim ulama merumuskan materi, merancang silabus, dan juga menerbitkan buku materi dakwah remaja yang pas buat mereka. Sehingga proses pengkaderan generasi ini akan terus berlanjut. Amat disesalkan bila generasi dakwah ini putus di tengah jalan karena tidak bisanya kita melanjutkan proses yang berjalan.
Ketika mereka sudah ada buku panduan, silabus pendidikan, dan dukungan dari takmir, maka mereka akan bergerak. Membuat jejaring yang sangat kreatif dan solid. Dakwah menjadi semarak di kalangan remaja.
Mereka mendekat ke masjid karena di masjid banyak hal yang bisa dilakukan. Mereka bisa menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan, bukan masjid yang selalu dikunci kecuali pas shalat saja. Masjid benar benar menjadi pusat kegiatan remaja dan ramah terhadap mereka.
Dukungan dari takmir juga mutlak diperlukan. Sebab bila tidak, maka hal ini akan menjadi penghalang. Biarkanlah remaja memaksimalkan potensinya dan mengembangkan kemampuannya dengan wahana masjid. Jangan dicurigai dengan kecurigaan yang tidak mendasar.
Bila semua bersinergi, maka program pengkaderan generasi penerus dakwah menjadi sebuah gerakan yang akan diperhitungkan lawan. Sehingga akan ada generasi penerus dakwah di masa yang akan datang.